Kerusuhan Nasional Akibat Demo 28–31 Agustus Rugikan Ekonomi hingga Rp8 Triliun

Polisi buka suara soal video viral petugas menangkap sejumlah orang di dalam resto Mie Gacoan di Jakarta Pusat saat aksi demo 25 Agustus DPR yang berujung ricuh. Foto CNN Indonesia--

Radarlambar.bacakoran.co – Pusat Kajian Ekonomi dan Hukum Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan kerugian ekonomi akibat aksi demonstrasi besar-besaran yang berlangsung selama empat hari dari 28 hingga 31 Agustus 2025 mencapai sekitar Rp8 triliun.

Perkiraan tersebut dihitung berdasarkan potensi hilangnya perputaran uang di Jakarta saja, sebagai pusat ekonomi dan jasa nasional. Aktivitas ekonomi terganggu karena banyak pelaku usaha terpaksa menutup toko, mengurangi jam operasional, dan bahkan menghentikan kegiatan bisnis sepenuhnya selama unjuk rasa berlangsung.

Jika memperhitungkan skala nasional, di mana kerusuhan dan aksi massa juga terjadi di kota-kota besar seperti Surabaya dan Makassar, potensi kerugian diperkirakan lebih tinggi lagi. Celios menggunakan pendekatan kontribusi sektor jasa yang menyumbang sekitar 45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang setara Rp9.900 triliun per tahun.

Maka, dalam satu hari saja, nilai transaksi dari sektor jasa dapat mencapai Rp27 triliun. Bila 10 persen aktivitas ekonomi terganggu selama tiga hari, maka kerugian bisa mencapai Rp8,1 triliun, dan bahkan hingga Rp9 triliun jika aksi berlanjut lebih lama.

Aksi demonstrasi besar-besaran ini berawal dari penolakan terhadap sejumlah kebijakan pemerintah, termasuk sorotan tajam pada besarnya tunjangan rumah anggota DPR RI. Unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai pada Kamis, 28 Agustus 2025 di depan Gedung DPR RI berubah menjadi ricuh menjelang malam hari.

Situasi semakin memanas setelah insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan, yang dilaporkan tewas usai terlindas kendaraan taktis Brimob. Peristiwa tersebut memicu gelombang kemarahan dari komunitas ojek online di seluruh Indonesia, yang kemudian memperluas skala demonstrasi.

Kerusuhan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas publik, pembakaran halte, serta penjarahan sejumlah lokasi. Sejumlah media asing bahkan membandingkan eskalasi kerusuhan dengan peristiwa Mei 1998 yang pernah mengguncang stabilitas nasional.

Selain kerugian fisik, dampak dari aksi massa ini juga langsung terasa di sektor finansial. Bursa saham Indonesia dibuka dengan penurunan tajam pada Senin, 1 September 2025, dengan indeks anjlok 2,69 persen atau turun 210,39 poin ke level 7.620. Kejatuhan ini menandakan dampak psikologis dari aksi demonstrasi terhadap pelaku pasar dan investor.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan