Gaza Diguncang Serangan Besar, Nasib Dua Sandera Jadi Taruhan

UNGA Jadi Panggung Kecaman Israel atas Gaza--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Ledakan terus mengguncang jantung Kota Gaza. Asap pekat menutupi langit, sementara sirene ambulans bersahut-sahutan di jalan yang dipenuhi puing. Warga berlarian menyelamatkan diri, termasuk seorang ibu Palestina yang menggendong anak berkebutuhan khusus menjauh dari Persimpangan Falasteen yang dikuasai militer 'Israel'.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, meminta pasukan 'Israel' menghentikan operasi udara selama 24 jam dan mundur ke Jalan 8, selatan Kota Gaza. Desakan ini terkait hilangnya kontak dengan dua sandera akibat serangan darat dan udara intensif dalam dua hari terakhir.
Sementara itu, eskalasi justru meningkat. Menara Mekkah luluh lantak, disusul serangan di Jalan Al-Nasr dan Al-Sabra, bahkan ledakan terdengar di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa yang melukai warga sipil. Data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 66 ribu korban tewas sejak 2023, mayoritas penduduk sipil.
Di sisi lain, laporan menyebut militer 'Israel' menggunakan buldoser dengan injektor bahan bakar dan penyembur api untuk menghancurkan rumah warga. Wali Kota hingga pejabat lokal menegaskan kondisi Gaza semakin memprihatinkan akibat serangan masif.
Tekanan internasional pun menguat. Pekerja pelabuhan Genoa, Italia, memblokir kapal kargo pembawa senjata untuk 'Israel' sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Mereka menyatakan tidak akan membiarkan pelabuhan digunakan dalam aksi genosida.
Meski kritik datang dari berbagai arah, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menolak gencatan senjata. Ia bahkan menggelar rapat darurat di New York menjelang pertemuan dengan Donald Trump, membahas rencana 21 poin terkait Gaza. Namun, perbedaan tajam masih terjadi: 'Israel' menolak keterlibatan Otoritas Palestina, sementara AS mendorong kompromi demi pembebasan sandera.
Kini, nasib dua sandera yang hilang kontak menjadi sorotan utama. Pertanyaan besar pun muncul: akankah desakan Hamas untuk menghentikan serangan dipenuhi, atau justru memicu babak baru dalam eskalasi Gaza?