Jalan Liwa–BTS Sumsel di Padangcahya Amblas, Mobilitas Warga Terancam

KIAN PARAH_ Amblasnya ruas jalan Provinsi Liwa–BTS Sumsel di Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit kian meluas akibat diguyur hujan deras.--
BALIKBUKIT – Ruas Jalan Provinsi Liwa–Batas Sumatera Selatan (Sumsel) di Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat, mengalami kerusakan serius setelah diguyur hujan deras beberapa hari ini.
Amblasnya bahu jalan diatas tebing puluhan meter itu kini merambat ke badan jalan utama. Kondisi semakin parah akibat curah hujan tinggi yang membuat struktur tanah labil dan rawan longsor.
Pantauan di lokasi pada Rabu (1/10/2025), retakan terlihat jelas di sisi kiri jalan dari arah Liwa. Pihak terkait memasang water barrier dan garis polisi sebagai tanda peringatan, namun belum ada penanganan teknis lebih lanjut.
Peratin Padangcahya, Muzarni, menegaskan jalur tersebut bukan sekadar akses lokal, melainkan urat nadi transportasi yang menghubungkan Liwa dengan Pesisir Barat sekaligus pintu gerbang ke Sumatera Selatan.
“Kalau sampai terputus, dampaknya luar biasa. Angkutan hasil bumi seperti kopi, sayur-mayur, dan beras akan terganggu. Distribusi logistik dan kebutuhan pokok juga bisa tersendat. Ditambah jalur wisata menuju Danau Ranau,” kata Muzarni.
Ia menyebut masyarakat sudah lama khawatir dengan kondisi jalan provinsi tersebut yang kerap dilanda longsor saat musim hujan. “Kami berharap segera ada penanganan permanen, bukan sekadar darurat,” tambahnya.
Seorang pengguna jalan, Rizal, mengaku resah karena jalan masih dilalui kendaraan berat meskipun sudah tampak rawan.
“Setiap hari jalannya padat. Banyak truk pengangkut hasil bumi lewat. Kalau badan jalan amblas, bisa menimbulkan kecelakaan fatal,” ujarnya.
Menurut Rizal, warga berharap pemerintah provinsi segera menurunkan tim teknis dan memperbaiki struktur jalan serta memperkuat tebing di lokasi rawan.
Ia menilai ruas Liwa–BTS Sumsel termasuk salah satu titik rawan bencana karena kontur tanah perbukitan yang mudah tergerus air. Setidaknya, dalam tiga tahun terakhir sudah terjadi lebih dari lima kali longsor di jalur ini.
Selain faktor geologi, intensitas hujan yang meningkat akibat fenomena iklim ekstrem ikut mempercepat kerusakan. Kondisi drainase yang kurang memadai juga memperburuk daya tahan jalan terhadap erosi.
Hingga kini, upaya yang terlihat baru sebatas pembersihan material dan pemasangan rambu pengaman. Masyarakat menilai langkah itu hanya solusi sementara.
Warga juga mengingatkan bahwa keterlambatan perbaikan bisa menimbulkan kerugian besar, bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga keselamatan jiwa pengguna jalan. (edi/lusiana)