RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Para pejabat keuangan dunia menyatakan kesediaan untuk mendukung rekonstruksi Jalur Gaza yang rusak parah akibat bombardir Israel selama lebih dari dua tahun. Biaya rekonstruksi diperkirakan mencapai 70 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.158 triliun.
Kesepakatan ini muncul dalam pertemuan Komite Pembangunan tingkat menteri, yang memberi nasihat kepada Bank Dunia dan IMF. Pertemuan membahas tantangan besar terkait rekonstruksi, mulai dari infrastruktur yang hancur hingga kondisi kemanusiaan warga Gaza.
Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, menekankan pentingnya memastikan proses rekonstruksi berjalan damai dan berkelanjutan. Gencatan senjata yang dimediasi AS telah menurunkan intensitas serangan, meski masih ada korban sipil. Konvoi bantuan pun kesulitan menjangkau wilayah utara Gaza akibat kerusakan infrastruktur.
Pejabat UNDP, Haoliang Xu, menyatakan bahwa rekonstruksi belum bisa dimulai sepenuhnya karena masih ada 61 juta ton puing yang harus dibersihkan. Selain itu, kepastian keamanan, akses wilayah, dan pembebasan sandera menjadi syarat utama sebelum pembangunan dapat dimulai. Musim dingin juga menambah urgensi kebutuhan tempat tinggal sementara bagi warga terdampak.
Sebelumnya, perkiraan biaya rekonstruksi mencapai 50 miliar dolar AS, namun data terbaru menunjukkan kerusakan lebih parah sehingga biaya naik menjadi 70 miliar dolar AS. Bank Dunia, PBB, dan Uni Eropa menyatakan kesiapan bekerja sama dengan masyarakat lokal dan mitra internasional untuk mempercepat pemulihan.
Para pejabat global menekankan bahwa rekonstruksi Gaza tidak hanya soal membangun kembali fisik wilayah, tetapi juga memulihkan stabilitas sosial, ekonomi, dan membuka peluang perdamaian jangka panjang di Timur Tengah. Proses ini diperkirakan akan berlangsung bertahun-tahun dan membutuhkan koordinasi berbagai pihak internasional.