Gaza Terbaru: Israel, Hamas, dan Peluang Perdamaian Global

Jurnalis Palestina Saleh Aljafarawi Tewas Saat Meliput Bentrokan di Gaza--

Pendekatan ini sejalan dengan teori multi-track diplomacy, menekankan kolaborasi antara negara, organisasi internasional, dan masyarakat sipil. ISF juga berfungsi sebagai confidence-building measure untuk membangun kepercayaan antara Israel dan Hamas, membuka ruang diplomasi terkait isu sandera, rekonstruksi Gaza, dan pengakuan status politik Palestina.

 

Dalam perspektif transformative peacebuilding, perdamaian sejati harus menciptakan kondisi baru agar kekerasan tidak muncul kembali. ISF perlu memiliki mandat sipil, melibatkan mediator, psikolog trauma, dan lembaga kemanusiaan untuk rekonstruksi sosial Gaza pasca-konflik.

 

Bagi Israel, kehadiran ISF bukan ancaman terhadap kedaulatan, melainkan jaminan stabilitas regional. Bagi Hamas dan rakyat Palestina, pasukan ini memberikan perlindungan kemanusiaan di tengah blokade dan kehancuran infrastruktur. Keberhasilan ISF akan menjadi paradigma baru manajemen perdamaian global, tidak hanya didefinisikan PBB tetapi melalui kesadaran kolektif negara-negara yang menolak menjadikan penderitaan manusia sebagai alat politik.

 

Namun, keberhasilan ISF bergantung pada political will dan diplomasi internasional yang tulus. Tanpa komitmen nyata, pasukan ini hanya simbol tanpa substansi. Krisis Gaza menjadi ujian moral dunia, menuntut keberanian untuk bertindak demi kemanusiaan, bukan sekadar retorika diplomatik.

 

Pembentukan ISF oleh negara netral seperti Indonesia menjadi pilihan strategis sekaligus panggilan etis. Gaza memerlukan perlindungan nyata, bukan belas kasihan. Dunia butuh aksi konkret untuk menjaga perdamaian, bukan janji semu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan