Penurunan Daya beli Kelas Menengah di Indonesia Terlihat dari Beberapa Transaksi QRIS

Rabu 26 Feb 2025 - 15:36 WIB
Reporter : Adi Pabara
Editor : Budi Setiawan

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Selama tahun lalu, masyarakat Indonesia menghadapi masalah penurunan daya beli dan pergeseran kelas sosial, yang semakin jelas terlihat dari penurunan transaksi QRIS di beberapa bank.

Fenomena penurunan kelas menengah ini tercermin dalam data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). 

Pada tahun 2019, jumlah kelas menengah Indonesia mencapai 57,33 juta orang, atau sekitar 21,45% dari total penduduk. 

Namun, pada 2024, jumlahnya berkurang menjadi 47,85 juta orang (17,13%), yang menunjukkan penurunan 9,48 juta orang. 

Sebaliknya, jumlah masyarakat yang tergolong sebagai kelas menengah rentan atau aspirational middle class justru meningkat, dari 128,85 juta orang (48,2%) pada 2019 menjadi 137,50 juta orang (49,22%) pada 2024.

Kelompok masyarakat yang rentan miskin juga mengalami peningkatan signifikan, dari 54,97 juta orang (20,56%) pada 2019 menjadi 67,69 juta orang (24,23%) pada 2024. 

Hal ini menandakan banyak orang yang sebelumnya berada dalam kelas menengah kini terjerumus ke dalam dua kelompok tersebut.

Fenomena penurunan kelas menengah ini juga terlihat dalam data transaksi QRIS yang tercatat oleh Bank Jatim (BJTM). 

Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, mengungkapkan bahwa transaksi QRIS di Merchant Bank Jatim pada Juni 2024 tercatat sebesar Rp176,30 miliar, namun turun menjadi Rp127,91 miliar pada Juli, dan hanya sedikit meningkat menjadi Rp130,51 miliar pada Agustus. 

Penurunan transaksi QRIS ini terjadi seiring dengan deflasi inti yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut sejak Mei 2024.

Namun, Busrul menambahkan bahwa transaksi melalui layanan tabungan digital Bank Jatim, seperti J Connect mobile dan kartu debit, masih menunjukkan pertumbuhan positif meskipun terjadi penurunan transaksi QRIS.

Sementara itu, Bank Oke Indonesia (OK Bank) melaporkan penurunan tabungan yang terhimpun sekitar 12% secara tahunan hingga September 2024. 

Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa penurunan daya beli menyebabkan nasabah lebih mengalihkan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga, dibandingkan dengan hiburan atau restoran.

BJB (Bank Jabar Banten) juga mencatatkan penurunan transaksi nasabah, meskipun frekuensinya masih mengalami kenaikan. 

Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menjelaskan bahwa meskipun jumlah transaksi meningkat, nilai transaksi cenderung menurun. 

Kategori :