Beras telah menjadi makanan pokok yang sangat penting di Jepang selama ribuan tahun. Sejarah pertanian padi di Jepang dimulai sejak periode Yayoi sekitar 3.000 tahun yang lalu, yang berperan besar dalam perkembangan budaya Jepang.
Beras juga memainkan peran utama dalam berbagai hidangan tradisional Jepang, seperti sushi, onigiri, dan donburi. Selain itu, beras diolah menjadi sake, minuman alkohol khas Jepang, dan bahan kecantikan seperti pitera.
Beberapa makanan tradisional Jepang yang menggunakan beras antara lain:
Onigiri: Bola nasi yang sering diisi dengan bahan seperti ikan, daging, atau sayuran, biasanya dibungkus dengan rumput laut.
Sushi: Hidangan yang terdiri dari nasi dengan berbagai topping, termasuk ikan mentah (sashimi) atau omelet.
Don: Nasi dalam mangkuk dengan berbagai topping seperti daging babi (katsudon) atau ikan mentah (kaisendon).
Senbei: Kerupuk nasi yang dibumbui dengan kecap dan bahan gurih lainnya.
Mochi: Kue nasi kenyal yang biasanya dimakan saat Tahun Baru Jepang.
Kaminari Okoshi: Camilan nasi manis yang dipress dan dipotong menjadi kubus kecil.
Produksi beras di Jepang sendiri terus mengalami penurunan, dengan angka terakhir hanya mencapai 7,35 juta ton pada tahun ini.
Di sisi lain, kebijakan tarif beras Jepang juga mendapat sorotan dari Amerika Serikat. Pemerintah AS menilai bahwa tarif impor beras yang diterapkan Jepang, yang bisa mencapai 700%, menghambat perdagangan bebas.
Hal ini berpotensi memicu kebijakan balasan dari AS yang dapat berdampak besar pada sektor otomotif Jepang.
Dengan konsumsi domestik yang mencapai 6,6 juta ton per tahun dan populasi yang terus menurun, Jepang menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan produksi, distribusi, dan harga beras.
Langkah-langkah yang diambil pemerintah, seperti pelepasan cadangan strategis dan ekspansi ekspor, akan diuji efektivitasnya dalam beberapa bulan mendatang. Keputusan-keputusan tersebut akan menentukan ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi Jepang di masa depan.(*)