Radarlambar.bacakoran.co Pekan ini dibuka dengan eskalasi besar di Timur Tengah setelah Iran menyatakan siap membalas serangan Amerika Serikat (AS). Negeri itu menegaskan bahwa seluruh warga dan personel militer AS di kawasan kini dianggap sebagai target sah. Pernyataan ini muncul tidak lama setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir utama Iran.
Ketegangan tersebut menjadi latar bagi laporan militer global tahun 2025 yang mencatat daftar negara dengan kekuatan militer terkuat. Amerika Serikat tetap berada di puncak dengan anggaran militer tertinggi serta jumlah armada udara dan personel terbanyak di dunia.
Di tengah memanasnya konflik, Iran mengonfirmasi bahwa tiga fasilitas nuklir penting—Fordow, Natanz, dan Isfahan—mengalami kerusakan akibat serangan udara AS. Fasilitas tersebut diketahui menyimpan infrastruktur penting untuk pengayaan uranium. Serangan dilakukan beberapa jam setelah sistem pertahanan udara Iran mendeteksi aktivitas mencurigakan di wilayah Qom.
Situasi memburuk sehari kemudian, saat Iran dan Israel terlibat saling serang kembali pada Senin siang, 23 Juni. Serangan terjadi di siang hari, yang jarang terjadi dalam konflik sebelumnya, dengan Fordow kembali menjadi sasaran. Meski belum dilaporkan korban jiwa, sejumlah fasilitas dilaporkan mengalami kerusakan.
Respons internasional pun bermunculan. Cina mengecam keras serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar prinsip perlindungan fasilitas damai di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Rusia turut mengkritik keras dan menyebut AS telah membuka potensi konflik lebih luas.
Konflik ini kini menjadi perhatian dunia, terlebih saat muncul wacana perundingan nuklir yang disebut-sebut akan digelar pekan depan. Namun Iran belum memberikan kepastian apakah akan ikut serta dalam negosiasi tersebut. (*)
Kategori :