Radarlambar.bacakoran.co – Lima tentara Israel tewas dan 14 lainnya terluka dalam insiden penyergapan yang dilakukan kelompok Hamas di wilayah Beit Hanun, Gaza utara, Senin (7/7). Militer Israel mengungkapkan, tentara mereka terperangkap oleh alat peledak rakitan (IED) yang dipasang di jalur patroli, tepat di tengah serangan udara dan tembakan artileri.
Para korban terdiri atas Sersan Meir Shimon Amar (20) dan Sersan Moshe Nissim Frech (20), keduanya dari Yerusalem; Sersan Noam Aharon Musgadian (20) dari Yerusalem; Sersan Mayor (Purn.) Benyamin Asulin (28) dari Haifa; serta Sersan Moshe Shmuel Noll (21) dari Beit Shemesh.
Insiden ini menjadi pukulan telak bagi militer Israel yang sejatinya telah melakukan langkah antisipasi dengan perlindungan udara dan tembakan artileri berat di wilayah yang akan dilalui Batalyon Netzah Yehuda beberapa hari dan jam sebelum tentara memasuki kawasan tersebut. Namun, Hamas berhasil menempatkan bom rakitan di antara rentetan amunisi yang ditembakkan, sehingga IED itu luput dari penyisiran kendaraan lapis baja dan buldoser D9 yang telah berulang kali membersihkan area tersebut.
Sumber militer menyebutkan bahwa pemasangan IED tersebut dilakukan kurang dari 24 jam sebelum pasukan Israel memasuki lokasi, sehingga sulit dideteksi dan dihancurkan oleh kendaraan penyapu bahan peledak. Jalur yang dilalui tentara berjarak sekitar 1,5 kilometer dari perbatasan dan tertutup bangunan-bangunan yang masih berdiri, yang menghalangi pergerakan kendaraan lapis baja. Karena itu, pasukan berjalan kaki untuk melewati area tersebut.
Meski sebagian besar struktur bangunan di Gaza telah hancur akibat serangan militer Israel, sisa bangunan yang masih berdiri sebagian dimanfaatkan Hamas sebagai titik pengintaian dan basis operasi untuk memetakan pola patroli militer Israel. Taktik perang gerilya dan penggunaan jebakan peledak oleh pejuang Hamas yang terlatih menjadi tantangan besar bagi pasukan Israel dalam menguasai wilayah ini.
Dalam serangan ini, tiga IED meledak berturut-turut. Dua ledakan pertama yang terjadi secara berurutan menjadi penyebab utama kematian para tentara. Ledakan kedua yang diaktifkan saat tentara lainnya berusaha menyelamatkan korban pertama, menewaskan lebih banyak personel. Ledakan ketiga juga dilaporkan diledakkan dari jarak jauh, tetapi dampaknya tidak sebesar dua ledakan awal.
Peristiwa ini menandai salah satu insiden paling mematikan bagi militer Israel dalam beberapa waktu terakhir dan memperlihatkan kemampuan Hamas dalam memanfaatkan medan serta infrastruktur yang tersisa untuk menghadang pasukan musuh. (*)