Khamenei Ancam Serangan Balasan, Pangkalan AS di Timur Tengah Jadi Target

Minggu 13 Jul 2025 - 13:41 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kembali melontarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat. Ia menegaskan bahwa pangkalan militer AS di Timur Tengah tidak akan aman jika Washington mengulangi tindakan agresif terhadap Teheran. Pernyataan ini merujuk pada serangan rudal balistik yang diluncurkan Iran bulan lalu sebagai balasan atas serangan AS ke tiga situs nuklirnya.

Serangan tersebut menyasar Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang berfungsi sebagai markas terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM) di kawasan tersebut. Citra satelit terbaru memperlihatkan kerusakan pada bagian radome pangkalan, yang merupakan fasilitas penyimpanan peralatan komunikasi vital. Pentagon mengonfirmasi bahwa salah satu rudal Iran menghantam pangkalan tersebut, meski hanya menimbulkan kerusakan minimal dan tidak ada korban luka.

Kementerian Pertahanan AS menegaskan Al Udeid tetap beroperasi penuh bersama mitra lokal dari Qatar untuk menjaga stabilitas regional. Namun, Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine mengakui bahwa serangan itu berhasil menembus sistem pertahanan udara berlapis-lapis. Ia menggambarkan upaya mencegat rudal Iran sebagai keterlibatan terbesar sistem pertahanan udara Patriot dalam sejarah militer AS, dengan jumlah peluncuran yang signifikan untuk menangkal serangan.

Serangan rudal Iran ke pangkalan AS ini menjadi eskalasi terbaru dalam ketegangan yang sudah lama berlangsung antara kedua negara. Insiden ini terjadi setelah Washington menyerang fasilitas nuklir Iran pada 21 Juni lalu, yang memicu respons cepat dari Teheran.

Kementerian Pertahanan AS juga mencatat peran aktif pasukan AS dan Qatar dalam mempertahankan instalasi tersebut. Kolaborasi ini dinilai berhasil mencegah dampak yang lebih besar dari rentetan rudal balistik yang diluncurkan Iran.

Dengan ancaman Khamenei yang terbaru, risiko bentrokan lebih besar antara Iran dan AS di kawasan Teluk semakin menguat. Situasi ini memperlihatkan bahwa setiap aksi militer satu pihak berpotensi memicu reaksi yang lebih luas, membuat Timur Tengah kembali berada di tepi jurang konflik besar. (*)

Kategori :