Perangi Jajanan Berbahaya, BPOM Latih Guru SD-SMP

Minggu 10 Aug 2025 - 15:15 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Nopriadi

SUMBERJAYA – Gerakan menciptakan sekolah sehat dan aman bagi peserta didik kembali menggema di Kabupaten Lampung Barat. Kali ini, SDN 3 Tugusari, Kecamatan Sumberjaya, menjadi pusat perhatian setelah dipercaya menjadi tuan rumah pelatihan khusus bagi para guru SD dan SMP terkait program “Jajanan Sehat” di sekolah.

Langkah ini merupakan tindak lanjut dari penerapan kantin sehat yang sudah berjalan di sekolah tersebut. Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) turun langsung sebagai penggagas, membekali para guru agar lebih sigap mengawasi peredaran makanan di lingkungan pendidikan.

Pelatihan diikuti perwakilan lima sekolah tingkat SMP, di antaranya SMPN 1 Sekincau, SMPN 1 Sumberjaya, dan SMPN 1 Kebuntebu, serta para guru SD, termasuk tuan rumah SDN 3 Tugusari. Selama kegiatan, suasana ruang pelatihan dipenuhi antusiasme. Para guru mencatat setiap penjelasan, mencoba mengenali ciri-ciri jajanan aman, memahami aturan penggunaan bahan tambahan pangan, hingga menyimak strategi mengedukasi siswa agar lebih kritis memilih makanan.

Tujuannya jelas: memastikan anak-anak terbebas dari makanan yang mengandung pewarna tekstil, pengawet berlebihan, atau bahan berbahaya lainnya. Dalam sesi simulasi, peserta diajak mengidentifikasi contoh jajanan yang sehat dan yang patut diwaspadai. Guru dilatih menjadi “polisi pangan” yang setiap hari memantau jajanan di lingkungan sekolah, memastikan hanya pangan yang memenuhi standar kesehatan yang boleh masuk ke tangan siswa.

Tidak berhenti di situ, program ini juga menyasar para pedagang di sekitar sekolah. Mereka diminta menjual jajanan yang bersertifikat halal dan layak konsumsi. Untuk jajanan yang dijajakan di luar lingkungan sekolah, guru bersama pihak terkait akan melakukan pemantauan rutin.

Kesadaran juga dibangun dari rumah. Pihak sekolah mulai mengajak orang tua membiasakan anak membawa bekal sehat—buah potong, roti gandum, susu, atau air putih—agar kebutuhan gizi harian tercukupi tanpa tergantung pada jajanan sembarangan.

Program ini diharapkan menjadi gerakan berkelanjutan, bukan sekadar acara seremonial. Kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, pedagang, dan masyarakat sekitar diyakini dapat menciptakan ekosistem sekolah yang sehat dan bebas dari jajanan berisiko.

“Jika semua pihak bergerak bersama, kita bisa mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga sehat fisik dan kuat mental,” demikian salah satu pesan yang menggaung di ruang pelatihan.

Dengan komitmen yang dibangun hari ini, SDN 3 Tugusari dan sekolah-sekolah lainnya di Lampung Barat mengirim sinyal tegas: masa depan anak harus bebas dari ancaman jajanan berbahaya. Dan perjuangan itu dimulai dari lingkungan sekolah. (rinto/nopri)

 

Kategori :