WAYTENONG - Kelangkaan gas elpiji ukuran tiga kilogram yang disubsidi pemerintah di sejumlah kecamatan diantaranya Kecamatan Way Tenong, Air Hitam dan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), masih saja langka.
Hal ini berdampak terhadap harga jual yang juga melambung tinggi berkisar Rp35.000 hingga Rp40.000 pertabung untuk gas elpiji tiga kilogram.
Qodri, salah satu warga setempat mengatakan, kelangkaan gas elpiji yang sudah berlangsung beberapa bulan ini perlu dilakukan penindakan, bahkan diharapkan Aparat Penegak Hukum (APH) melakukan penyelidikan, guna mengungkap penyebab terjadinya kelangkaan gas elpiji tersebut.
Pasalnya, upaya pemerintah telah dilakukan seperti seperti melakukan operasi pasar. "Kondisi yang terjadi sekarang ini memunculkan pertanyaan bahkan kecurigaan, ada sesuatu hal yang terjadi di dalamnya. Sebab ketika terjadi kelangkaan beberapa waktu lalu, pemerintah melalui perusahaan terkait telah melakukan operasi pasar dan mempertegas bahwa kondisi gas elpiji di pasaran normal," keluhnya.
Namun, faktanya di lapangan yang terjadi justru sebaliknya harga gas semakin melambung tinggi dan masyarakat untuk mendapatkan tambah kesukitan.
"Yang anehnya saat kami koordinasi dengan beberapa warung pengecer, mereka mengatakan terjadinya kelangkaan ini karena stok pengiriman dari agen yang berkurang. Bahkan untuk penjualan warung kecil justru mengambil dari luar wilayah," terang dia.
Karena itu, pihaknya berharap kepada aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan dengan turun langsung ke lapangan untuk mengetahui penyebab kelangkaan gas elpiji tersebut.
"Munculnya keanehan ini kami menduga karena justru warung mendapat tabung gas elpiji dari kecamatan lain, sementara untuk jatah kecamatan seperti halnya di Way Tenong itu kemana. Jika alasan karena pengaruh panen kopi ya pasti masyarakat dalam penggunaan masih tahap kewajaran, nggak mungkin mentang-mentang sedang panen kopi, kompor gas tidak pernah dimatikan atau membakar rokok aja menggunakan kompor gas," sebutnya.
Karena itu, pihaknya berharap kepada Kapolres Lampung Barat AKBP Rinaldo Aser, S.H., S.Ik., M.Si., yang baru agar menerjunkan personil untuk mengusut apa penyebab sebenarnya sehingga harga gas elpiji yang notabennya sudah ada ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET), akan tetapi di lapangan sulit didapat dan mahal.
"Oke lah harga di atas Rp35.000 tidak masalah bagi masyarakat yang memiliki banyak kopi tetapi bagi warga yang tidak punya kopi, harga tersebut tentu sangat dirasakan," papar dia.
Kondisi kelangkaan juga terjadi di Kecamatan Sekincau hingga Air Hitam bahkan akibat kelangkaan gas elpiji tersebut banyak UMKM yang tidak dapat beroperasi.
Camat Sekincau Andi Cahyadi, S.H, MA., dan Camat Air Hitam Bambang Hermanto, S.Pdi, M.M., turut membenarkan kelangkaan gas elpiji tersebut dari laporan dan keluhan masyarakat. "Kelangkaan gas elpiji ini bukan hanya terjadi pada gas bersubsidi, non subsidi pun mulai sulit didapat," ujar keduanya.
Pihaknya berharap ada upaya konkrit dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji tersebut. Sebab bagaimana pun juga mayoritas masyarakat telah terbiasa mengunakan gas untuk keperluan dapur. *