Ekonomi Dunia Diprediksi Stagnan, Tantangan Berat Menanti di 2025

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam gelaran AIFED ke-13. Foto Dok. Kemenkeu--

Radarlambar.bacacakoran.co- Proyeksi terbaru dari IMF menunjukkan bahwa ekonomi dunia akan menghadapi tantangan besar pada tahun depan, dengan pertumbuhan global diperkirakan hanya mencapai 3,2% pada 2025.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan hal ini dalam Forum Internasional Tahunan untuk Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Publik (AIFED) ke-13 di Bali pada Senin (2/12/2024).

"Hambatan-hambatan ekonomi ini memerlukan kewaspadaan yang tinggi dan respons cepat, khususnya bagi Indonesia sebagai ekonomi terbuka yang sangat bergantung pada interaksi dengan ekonomi global, baik melalui perdagangan maupun investasi," ujar Sri Mulyani.

Selain proyeksi pertumbuhan yang stagnan, situasi geopolitik yang semakin tegang dan kebijakan moneter yang semakin kompleks juga menjadi sorotan.

Mengenai suku bunga, Sri Mulyani menjelaskan bahwa kebijakan moneter akan bervariasi. Suku bunga yang tinggi di beberapa negara pada tahun lalu diprediksi akan mengalami fluktuasi, dengan kemungkinan suku bunga yang terus meningkat atau sedikit menurun di beberapa kawasan.

"Sistem moneter global yang beragam ini akan menciptakan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks," tambahnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menekankan bahwa kebijakan fiskal global masih dibayangi oleh dampak pandemi Covid-19. Meski pandemi telah berakhir, efek jangka panjangnya, termasuk biaya pemulihan yang tinggi, tetap membebani banyak negara.

Proses konsolidasi fiskal di banyak negara berkembang, yang masih menghadapi beban berat akibat krisis kesehatan global, diperkirakan akan berlangsung lebih lama.

Dalam rilis terbaru World Economic Outlook (WEO), IMF memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan meningkat 3,2% pada 2025, meski ini lebih rendah 0,1 poin persentase dari proyeksi sebelumnya.

IMF mengingatkan bahwa risiko global semakin meningkat, dengan ketegangan geopolitik dan proteksionisme yang dapat mengganggu pasar komoditas dan perdagangan internasional.

Namun, perekonomian AS masih diprediksi akan memberikan dorongan utama bagi pertumbuhan global, didorong oleh belanja konsumen yang kuat meskipun menghadapi inflasi dan suku bunga tinggi.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan