Defisit APBN Meningkat, Pemerintah Tarik Utang Baru Rp250 Triliun dalam Tiga Bulan Pertama 2025

MENTERI Keuangan RI Sri Mulyani. Foto Agenda--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO  – Di tengah upaya pemerintah untuk mengelola anggaran negara, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 diperkirakan mencapai Rp616,2 triliun atau sekitar 2,53% dari PDB. 

Untuk menutupi defisit tersebut, pemerintah telah melakukan penarikan utang baru sebesar Rp250 triliun selama tiga bulan pertama tahun ini, yang setara dengan 40,6% dari total target defisit tahun 2025.

Menurut data per 31 Maret 2025, realisasi defisit APBN mencapai Rp104,2 triliun, atau sekitar 0,45% dari PDB, yang baru mencapai 16,9% dari target yang telah ditetapkan. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun defisit terjaga pada tingkat yang relatif terkendali, pemerintah tetap harus melakukan penyesuaian anggaran untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan.

Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa pemerintah akan tetap menjaga kebijakan pengelolaan APBN dengan penuh kehati-hatian. 

Meskipun terjadi lonjakan dalam penarikan utang, Sri Mulyani memastikan bahwa semua langkah diambil dengan prinsip kehati-hatian, transparansi, dan kewaspadaan terhadap risiko-risiko ekonomi global.

 

Penarikan Utang: Strategi untuk Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global

Penarikan utang pada awal tahun ini, yang mencapai Rp250 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana pemerintah hanya menarik sekitar Rp85,6 triliun. 

Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh target defisit yang lebih besar, tetapi juga oleh kebutuhan pemerintah untuk menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang dipicu oleh kebijakan proteksionis negara besar seperti Amerika Serikat.

Pemerintah memilih untuk melakukan strategi front loading atau menarik utang lebih awal, sebagai langkah antisipasi terhadap gejolak ekonomi global yang diprediksi akan meningkat. 

Sri Mulyani menjelaskan bahwa keputusan ini bukan karena kurangnya penerimaan negara, tetapi lebih sebagai langkah proaktif untuk menghindari dampak ketidakpastian ekonomi global yang dapat mempengaruhi pasar keuangan domestik.

 

Rinciannya: Pembiayaan Utang dan Non-Utang

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan