Mallanca, Tradisi Adu Betis yang Menyatukan Warga Bone

Adu betis ala Mallanca bukan sekadar fisik, tapi bentuk cinta budaya dan solidaritas warga Bone-Foto Dok/Net -
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Indonesia dikenal dengan kekayaan tradisinya yang penuh filosofi.
Di Kecamatan Moncongloe, Bone, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah ritual unik bernama Mallanca atau Adu Betis.
Tradisi ini bukan hanya uji ketahanan fisik, melainkan juga simbol kebersamaan dan solidaritas masyarakat.
Mallanca berasal dari istilah lanca, yang berarti menendang dengan tulang kering. Biasanya digelar di area pemakaman Gallarang Moncongloe, tokoh leluhur yang dihormati dan masih memiliki garis keturunan dengan Raja Gowa, Sultan Alauddin.
Acara ini menjadi bentuk penghormatan terhadap sejarah serta kekuatan budaya yang diwariskan turun-temurun.
Ritual dimulai dengan makan bersama warga, sebagai bentuk penghargaan kepada arwah nenek moyang. Kemudian, empat pasang pemuda bertanding di dalam lingkaran.
Dua orang berada dalam posisi setengah jongkok, siap menerima tendangan keras dari lawan mereka.
Walaupun berisiko menimbulkan luka atau memar, tidak ada pemenang dalam tradisi ini. Yang lebih dihargai adalah keberanian menyelesaikan tantangan dan kekompakan yang tercipta di antara peserta.
Tradisi ini hanya dilakukan sekali setahun, bertepatan dengan masa panen sekitar bulan Agustus.
Momentum ini juga dimaknai sebagai perayaan rasa syukur atas hasil panen, sekaligus menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus.
Bagi masyarakat Bone, Mallanca adalah cara menjaga hubungan dengan leluhur dan mempertahankan jati diri budaya lokal.
Gotong royong menjadi nilai utama dalam ritual ini. Seluruh lapisan masyarakat ikut ambil bagian, baik sebagai pemain, penonton, maupun penyedia konsumsi.
Daya tahan fisik para pemuda menjadi cerminan kekuatan komunitas dalam mempertahankan budaya.
Dalam kesederhanaannya, Mallanca menjadi bukti bahwa nilai-nilai tradisional bisa tetap hidup di tengah arus modernisasi. Tidak ada hadiah, tidak ada gengsi—hanya semangat tulus untuk menjaga tradisi.