Indonesia Tawarkan Impor Energi untuk Dorong Negosiasi Tarif ke AS

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan delegasi Indonesia saat bertemu dengan Mendag AS untuk bahas negosiasi tarif impor AS.//Foto:dok Kemenko Perekonomian/Ist.--
Radarlambar.Bacakoran.co — Indonesia akhirnya mengambil langkah strategis untuk memperkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat dengan menawarkan peningkatan impor energi dan komoditas utama sebagai bagian dari upaya negosiasi penyesuaian tarif perdagangan yang telah ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Dalam kunjungan kerja ke Washington DC, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memimpin langsung delegasi Indonesia dan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Pertemuan ini merupakan bagian dari kelanjutan diplomasi ekonomi Indonesia guna menciptakan skema perdagangan yang lebih seimbang dan saling menguntungkan antara kedua negara.
Menko Airlangga mengaku mengapresiasi keterbukaan pemerintah AS dalam mendiskusikan isu tarif. Bahkan kini Indonesia sudah berkomitmen untuk mendukung perdagangan yang adil dan berimbang.
Komitmen Konkret: Impor Energi dan Produk Pertanian
Dalam pembicaraan tersebut, Indonesia menyampaikan proposal peningkatan impor dari Amerika Serikat yang mencakup komoditas energi seperti minyak mentah, LPG, dan bensin, serta produk pertanian strategis seperti kedelai, gandum, dan tepung kedelai. Langkah ini ditujukan untuk mengurangi defisit perdagangan yang selama ini menjadi perhatian utama pemerintah AS.
Berdasarkan data United States Census Bureau, di tahun 2024 lalu defisit perdagangan AS dengan Indonesia tercatat sebesar USD 14,6 miliar. Dengan meningkatnya ekspor AS ke Indonesia melalui sektor-sektor tersebut, kedua negara berpotensi menciptakan hubungan dagang yang lebih simetris.
Kerja Sama Strategis dan Penyelesaian Hambatan Non-Tarif
Tak hanya soal tarif, pemerintah Indonesia juga membuka peluang kerja sama jangka panjang di sektor mineral kritis — yang saat ini menjadi fokus kebijakan industri strategis global, termasuk dalam pengembangan kendaraan listrik (EV). Selain itu, Indonesia mengajukan penyelesaian berbagai hambatan non-tarif yang selama ini dikeluhkan pelaku usaha AS, seperti proses perizinan dan kepastian regulasi.
Respons Positif dari AS
Menyikapi tawaran itu, Howard Lutnick memberikan apresiasi terhadap pendekatan Indonesia yang dianggap lebih konkret dibandingkan negara-negara lain yang tengah menjajaki negosiasi serupa.
Menurut Lutnick, pihaknya menyambut baik langkah proaktif Indonesia. Hal ini menunjukkan kesiapan nyata untuk membangun hubungan dagang yang lebih kuat.
Ia juga menyebutkan bahwa AS menargetkan penyelesaian negosiasi tarif dengan Indonesia dalam waktu 60 hari ke depan, dan mendorong agar pembahasan teknis segera dimulai bersama Departemen Perdagangan (DoC) dan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR).
Indonesia Diakui Sebagai Mitra Strategis
Dengan posisi Indonesia sebagai salah satu mitra dagang penting di kawasan Indo-Pasifik, pendekatan diplomatik ini mencerminkan kesiapan Indonesia dalam menyikapi kebijakan tarif resiprokal yang mulai diterapkan oleh AS. Tak banyak negara yang mendapatkan akses langsung dalam proses negosiasi ini, menunjukkan kepercayaan tinggi dari otoritas perdagangan AS terhadap Indonesia.