Tak Ada Penyewaan Pakaian Adat, Sekolah Pilih Baju Korpri-Pramuka

DALAM rangka memperingati Hardiknas yang jatuh pada 2 Mei ada sekolah yang tidak mengenakan pakaian adat dikarenakan tidak ada tempat menyewa. --

BANDAR NEGEI SUOH – Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei, banyak sekolah di Indonesia berlomba-lomba mengenakan pakaian adat dari berbagai suku bangsa sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman budaya Indonesia. 

Namun, berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, SDN Tri Mekar Jaya di Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat, memilih alternatif lain dengan mengenakan baju Korpri bagi para guru dan baju Pramuka untuk para siswa.

Koordinator Wilayah (Korwil) Kecamatan BNS, Ali Hadir, S.Pd., menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak sekolah, orang tua siswa, dan dewan guru. Ali menuturkan bahwa alasan utama pemilihan pakaian tersebut adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan pakaian adat. Di Kecamatan BNS, hampir tidak ada tempat penyewaan pakaian adat, dan tidak semua warga memiliki pakaian adat dari suku masing-masing.

"Di sini, sebagian besar orang tua siswa tidak memiliki pakaian adat, dan jika ada yang bisa meminjam pun, banyak yang mengalami kesulitan seperti ukuran yang tidak sesuai dengan tubuh anak-anak," kata Ali 

Menurut Ali, meskipun banyak sekolah lain yang mengenakan pakaian adat untuk merayakan Hardiknas, namun keadaan di BNS berbeda. Sebagian besar orang tua siswa mengaku kesulitan untuk menyediakan pakaian adat bagi anak-anak mereka. Karena itulah, pihak sekolah memutuskan untuk mengenakan baju Korpri bagi guru dan baju Pramuka untuk siswa. Pilihan ini dinilai lebih praktis dan sesuai dengan kebutuhan serta keterbatasan yang ada.katanya.

Salah satu orang tua siswa kelas V, Hasim, mengungkapkan bahwa meskipun ingin sekali anak-anaknya mengenakan pakaian adat, keterbatasan fasilitas menjadi kendala utama. Menurutnya, meskipun ada beberapa tempat yang menyewakan pakaian adat, masalah utama adalah tidak semua orang tua memiliki akses untuk meminjam atau membeli pakaian tersebut.

"Kalau ada tempat menyewa, itu masih mending. Tapi, masalahnya di sini tidak ada tempat sewa pakaian adat. Kalau pun ada, banyak yang tidak memiliki ukuran yang sesuai, sehingga sulit untuk dipakai oleh anak-anak," ujar Hasim.

Selain itu, Hasim juga menambahkan bahwa biaya untuk membeli pakaian adat bagi sebagian orang tua di BNS cukup mahal, terlebih lagi jika harus membeli untuk beberapa anak. Alhasil, pilihan untuk menggunakan pakaian yang sudah ada, seperti baju Korpri dan baju Pramuka, menjadi solusi yang dianggap lebih realistis dan tidak membebani orang tua.

Pemilihan pakaian ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah terpencil seperti Kecamatan BNS. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, tidak semua daerah memiliki akses yang sama untuk merayakan dan melestarikan budaya tersebut. Oleh karena itu, meskipun perayaan Hari Pendidikan Nasional dengan mengenakan pakaian adat menjadi tradisi di banyak tempat, sekolah-sekolah di daerah dengan keterbatasan fasilitas harus lebih kreatif dalam menyikapi perayaan tersebut.

Di SDN Tri Mekar Jaya, selain mengenakan baju Korpri dan baju Pramuka, para siswa juga mengikuti rangkaian kegiatan peringatan Hardiknas yang diisi dengan upacara bendera dan pembacaan sambutan tentang pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa. Meskipun tidak mengenakan pakaian adat, semangat untuk menghargai pendidikan tetap terlihat jelas di wajah para siswa dan guru.

Meskipun memilih jalan yang berbeda dalam merayakan Hari Pendidikan Nasional, keputusan yang diambil oleh SDN Tri Mekar Jaya mendapat dukungan penuh dari banyak orang tua dan warga sekitar.

Mereka berharap, ke depan, ada lebih banyak upaya untuk mempermudah akses terhadap pakaian adat bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil, serta meningkatkan fasilitas pendidikan agar tidak ada lagi hambatan bagi generasi muda untuk merayakan hari-hari penting dalam dunia pendidikan dengan cara yang lebih beragam dan meriah.

Dengan semangat gotong royong dan kreativitas, diharapkan peringatan Hari Pendidikan Nasional dapat tetap menjadi momentum penting dalam menumbuhkan kecintaan terhadap pendidikan dan kebudayaan Indonesia, terlepas dari tantangan yang ada di daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau. (adi/nopri)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan