Integrasi Poskesdes dan Kopdes Langkah Menuju Desa Mandiri

Menko Pangan Zulhas meninjau sejumlah PSEL di Desa Cangkuang Wetan, Kabupaten Bandung. -Foto Arsip Kemenko Pangan-
Radarlambar.bacakoran.com – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pangan terus mendorong penguatan layanan dasar di tingkat desa, salah satunya melalui integrasi antara Pos Pelayanan Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih).
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya menciptakan sistem yang efisien dan menyeluruh, dengan menyatukan sektor kesehatan, ekonomi, dan lingkungan dalam satu ekosistem pembangunan desa.
Dalam kunjungan kerja ke Desa Cangkuang Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Menko Pangan Zulkifli Hasan meninjau langsung sejumlah fasilitas Poskesdes dan unit pengolahan sampah berbasis teknologi. Ia menyoroti potensi besar dari lebih dari 30 ribu Poskesdes dan 20 ribu Puskesmas Pembantu (Pustu) yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika diintegrasikan dengan Kopdes Merah Putih, seluruh desa di Indonesia bisa memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar yang memadai dan merata.
Konsep integrasi ini bertujuan agar masyarakat desa bisa mendapatkan penanganan kesehatan lebih cepat dan dekat dari tempat tinggal mereka. Dengan adanya pelayanan yang terpadu, warga tak perlu langsung menuju rumah sakit besar di kota jika hanya membutuhkan layanan dasar atau penanganan awal. Ini akan mempercepat respons medis dan mengurangi beban fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Selain memantau layanan kesehatan, kunjungan Menko Pangan juga menyoroti kemajuan pengelolaan sampah di tingkat desa. Desa Cangkuang Wetan dinilai berhasil mengadopsi teknologi incinerator sederhana yang memungkinkan sampah diolah dengan efisien. Hasil olahan tersebut tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan produk bernilai guna seperti kompos dan tepung maggot.
Tepung maggot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara kompos sangat berguna dalam mendukung pertanian dan perkebunan warga. Lebih dari itu, sebagian sampah bahkan berhasil diolah menjadi sumber energi listrik, membuktikan bahwa pengelolaan limbah bisa sekaligus menjadi solusi energi terbarukan bagi wilayah pedesaan.
Dengan investasi sekitar Rp400 juta, sebuah kecamatan dapat mengoperasikan sistem pengelolaan sampah terpadu yang efektif dan ramah lingkungan. Inisiatif ini menunjukkan bahwa desa-desa di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi mandiri, asalkan mendapatkan dukungan sistemik yang terintegrasi.
Langkah integrasi antara Poskesdes dan Kopdes Merah Putih menjadi cerminan dari pendekatan pembangunan desa yang tidak parsial. Kesehatan masyarakat, pemberdayaan ekonomi, dan kelestarian lingkungan dijalankan secara bersamaan demi menciptakan desa yang tangguh, sejahtera, dan berkelanjutan. (*/rinto)