RUPTL 2025–2034: EBT Jadi Tulang Punggung Listrik Nasional

Foto: Konferensi Pers - RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034.--

Radarlambar.bacakoran.co- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025 hingga 2034. Rencana ini menekankan komitmen kuat dalam memperluas pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai bagian utama dari bauran energi nasional.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 69,5 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut, sekitar 42,6 GW atau sekitar 61 persennya akan bersumber dari pembangkit EBT. Selain itu, kapasitas dari sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage juga direncanakan mencapai 10,3 GW atau 15 persen.

Menurutnya, arah pembangunan sektor kelistrikan kini mengutamakan transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ia menyebut lebih dari 70 persen dari total rencana pengembangan energi akan mengandalkan EBT dan sistem penyimpanan.

Dari berbagai sumber EBT yang direncanakan, energi surya menjadi kontributor terbesar dengan kapasitas mencapai 17,1 GW, disusul pembangkit tenaga air (PLTA) sebesar 11,7 GW, energi angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan energi nuklir 0,5 GW.

Untuk sistem penyimpanan energi, pemerintah memproyeksikan pembangunan pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai sebesar 6,0 GW. Kedua sistem ini dinilai krusial dalam menjaga keandalan pasokan energi dari sumber-sumber yang bersifat intermiten, seperti matahari dan angin.

Meski demikian, pembangkit berbasis energi fosil masih akan dibangun dengan total kapasitas 16,6 GW. Dari jumlah itu, pembangkit tenaga gas menyumbang 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW. Bahlil menyampaikan bahwa pembangunan pembangkit fosil tetap dibutuhkan dalam jangka pendek sebagai bagian dari strategi transisi energi yang realistis.

Ia mencontohkan bahwa negara-negara Eropa pun masih menggunakan batu bara dalam sistem kelistrikannya. Menurutnya, langkah Indonesia tetap dalam koridor menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dan upaya perlindungan lingkungan.

RUPTL ini disebut sebagai langkah penting dalam menciptakan sistem kelistrikan nasional yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan mampu menjawab tantangan masa depan, termasuk kebutuhan listrik yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan