Mitigasi Konflik Harimau, BB-TNBBS Pasang Kamera Trap

Foto Ilisutrasi-----
BATUBRAK - Pasca insiden tragis yang menewaskan seorang warga akibat serangan harimau Sumatera di Wilayah Pemangku Kalipasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, pemerintah dan otoritas konservasi bergerak cepat merespons potensi konflik lanjutan antara manusia dan satwa liar.
Melalui siaran persnya, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) mengeluarkan imbauan resmi kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan dan membatasi aktivitas yang berisiko di sekitar kawasan hutan lindung.
Dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani Kepala BB-TNBBS, Hifzon Zawahiri, S.E., M.M., pihaknya menyatakan akan segera melakukan mitigasi lanjutan dengan memasang kamera trap di sekitar lokasi kejadian. Langkah ini dilakukan untuk memantau pergerakan harimau Sumatera sekaligus mengevaluasi potensi ancaman susulan terhadap warga.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih waspada dan sigap menghadapi potensi konflik dengan satwa liar. Ini demi keselamatan bersama sekaligus bagian dari upaya pelestarian harimau Sumatera yang kini semakin terancam punah,” ujar Hifzon dalam keterangannya.
BBTNBBS juga menekankan sejumlah langkah pencegahan yang harus dilakukan masyarakat, antara lain, tidak beraktivitas sendirian di kebun terutama pada pagi dan sore hari, waktu di mana harimau umumnya aktif, waspada terhadap tanda-tanda keberadaan satwa liar seperti jejak, cakaran, bekas kencing, atau suara auman, dan melaporkan temuan tersebut segera ke aparat pekon, kepolisian, atau petugas BBTNBBS serta tidak mengambil tindakan yang dapat memicu konflik, seperti mengejar atau melukai satwa liar.
Sementara itu, Camat Batubrak, Ruspel Gultom, turut mengimbau warganya agar lebih berhati-hati, terutama mereka yang berkebun di wilayah berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
“Kami minta masyarakat untuk tidak beraktivitas sendirian, dan sebisa mungkin menghindari jam-jam rawan seperti pagi dan sore hari. Ini untuk keselamatan diri sendiri, sekaligus bentuk kepedulian terhadap keseimbangan ekosistem,” kata Ruspel.
Ia menambahkan, pemerintah kecamatan bersama aparat pekon telah melakukan koordinasi dan patroli terbatas untuk menyampaikan informasi langsung ke masyarakat. Edukasi terus digencarkan agar masyarakat memahami bahwa konflik ini dapat dicegah jika langkah mitigasi dijalankan bersama.
Diketahui sebelumnya, Misni (62), seorang Warga Asal Pemalang, Jawa Tengah yang tinggal di Dusun Umbul Lima, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, ditemukan tewas dengan kondisi tragispada Kamis (10/7/2025) malam. Ia diduga menjadi korban serangan satwa liar, diduga harimau, saat berada di kebun dekat perbatasan kawasan hutan lindung TNBBS wilayah Pemangku 6 Kali Pasir, Pekon setempat.
korban diketahui meninggalkan kebun sekitar pukul 16.00 WIB. Namun hingga sore hari tak kunjung kembali. Keluarga dan warga sekitar lantas melakukan pencarian dan menemukan jasad Misni sekitar pukul 19.30 WIB, dalam kondisi mengenaskan, sejauh satu kilometer dari titik lokasi terakhir. (edi/lusiana)