Satu-Satunya di Lampung, Kolaborasi ITB-UB Hadirkan Ultrafiltrasi di Way Redak

PASANG ULTRAFILTRASI ; Kolaborasi ITB dan UB memasang alat Ultrafiltrasi air bersih siap minum di Pekon Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah. Foto Dok--
PESISIR TENGAH - Harapan masyarakat Pekon Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), untuk mendapatkan air bersih siap minum akhirnya terwujud. Berkat kolaborasi para dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dosen Universitas Brawijaya (UB), sebuah alat ultrafiltrasi air bersih kini resmi terpasang dan mulai dimanfaatkan warga setempat.
Pemasangan alat ultrafiltrasi menjadi bagian dari program Skema Bottom Up 2025 yang digagas ITB. Program itu dirancang untuk membantu pemerintah menjawab persoalan kebutuhan air bersih di daerah pesisir, sekaligus mendukung upaya mitigasi bencana hidrometeorologi dan mendorong vitalisasi kawasan wisata bahari yang lebih ramah lingkungan.
Peratin Pekon Way Redak, Tamzirulloh, mengatakan kehadiran alat ultrafiltrasi air siap minum itu mendapat sambutan positif dari warga Pekon Way Redak. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada tim pengabdian ITB dan UB atas bantuan yang diterima pekon setempat.
“Alhamdulillah, dengan adanya alat ini, warga kami bisa menikmati air bersih tanpa harus membeli. Ini sangat membantu,” ungkapnya, Minggu, 13 Juli 2025.
Dijelaskannya, selain manfaat langsung bagi masyarakat, keberadaan Water Refill Station ini juga diharapkan berkontribusi besar terhadap pengurangan sampah plastik, khususnya di kawasan wisata bahari. Terlebih di wilayah Pesbar salah satunya di Kecamatan Pesisir Tengah ini memiliki potensi wisata yang terus berkembang. Namun, meningkatnya jumlah wisatawan kerap diikuti oleh peningkatan konsumsi air minum kemasan sekali pakai.
“Dengan adanya refill station, wisatawan dan warga dapat mengisi ulang botol minum yang mereka bawa, sehingga tak perlu membeli air kemasan. Kami berharap langkah ini dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik, sekaligus mendukung branding kawasan wisata bahari bebas sampah plastik,” kata Tamzirulloh.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITB, Dr. Nia Kurniasih, menjelaskan program itu lahir dari kepedulian perguruan tinggi terhadap persoalan yang nyata dihadapi masyarakat. Salah satunya adalah sulitnya akses air bersih dan tingginya konsumsi air kemasan plastik sekali pakai. Pihaknya berharap masyarakat Pekon Way Redak bisa menikmati air bersih siap minum yang higienis secara gratis. Alat ultrafiltrasi ini mampu menyaring partikel, kotoran, hingga bakteri yang ada di air, sehingga air yang dihasilkan siap dikonsumsi langsung tanpa proses tambahan.
“Dengan adanya fasilitas ini, masyarakat diharapkan tidak lagi bergantung pada air galon atau air kemasan yang berkontribusi terhadap sampah plastik,” jelasnya.
Sementara itu, Miga Magenika Julian S.T., M.T., dosen ITB yang juga terlibat dalam tim pengabdian, menjelaskan perubahan iklim dipicu oleh banyak faktor, mulai dari polusi udara akibat kendaraan bermotor, limbah industri, hingga alih fungsi hutan. Kondisi ini menjadi penyebab utama terganggunya siklus musim hujan dan kemarau, yang pada akhirnya memengaruhi ketersediaan air tanah. Perubahan pola cuaca membuat debit air tanah menjadi tidak stabil. Saat kemarau, banyak wilayah kesulitan air bersih, sementara di musim hujan muncul risiko banjir dan tanah longsor.
“Karena itu, upaya menghadirkan teknologi penyediaan air siap minum menjadi sangat penting, salah satunya bagi masyarakat di wilayah pesisir yang rawan kekurangan air bersih,” ujarnya.
Sementara itu, dosen Universitas Brawijaya, Esa Fajar Hidayat S.Kel., M.Si., menambahkan bahwa inisiatif pemasangan alat ultrafiltrasi ini untuk sementara baru dapat diwujudkan di Pekon Way Redak, Kabupaten Pesbar. Ini menjadi desa binaan ITB pertama di Provinsi Lampung yang mendapatkan fasilitas ultrafiltrasi air bersih. Ia berharap ke depan program ini dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya di Indonesia. Menurutnya, kolaborasi antara kampus, pemerintah, dan masyarakat dapat mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-6 yaitu memastikan akses air bersih dan sanitasi layak bagi semua.
“Selain manfaat langsung bagi warga, program seperti ini juga menjadi contoh bahwa sinergi akademisi dan masyarakat bisa melahirkan inovasi yang berdampak besar,” tandasnya. (yayan/*)