120 Rumah Alami Listrik Tak Stabil

Ilustrasi Jaringan Listrik PLN--
BATUBRAK - Warga Pekon Sukaraja, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat mengeluhkan kondisi pasokan listrik yang tidak stabil dan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Sedikitnya 120 rumah di wilayah tersebut terdampak, dengan gejala paling umum berupa tegangan listrik yang sering redup, berkedip, bahkan memicu kerusakan pada alat-alat elektronik rumah tangga.
Menurut sejumlah warga, gangguan ini bukan lagi persoalan baru. Kendati saat ini pihak PLN sedang melakukan penanganan teknis melalui penggantian kabel dan penambahan tiang jaringan, namun upaya tersebut dinilai belum menyentuh akar persoalan.
“Sekarang memang sedang ada perbaikan, tapi itu hanya sebatas jaringan kabel dan tiang, sementara yang dibutuhkan itu pasokan daya yang kuat. Jadi usulan kami ada pemasangan trafo khusus untuk Pekon Sukaraja,” ujar Eko, salah satu warga setempat.
Ia menambahkan, kondisi listrik yang tak stabil telah merugikan masyarakat secara ekonomi maupun kenyamanan. Banyak peralatan elektronik seperti televisi, kulkas, dan rice cooker mengalami penurunan fungsi hingga rusak karena tegangan listrik naik-turun.
“Bahkan lampu-lampu di rumah kami itu sering mati, bukan karena padam, tapi karena daya yang tidak cukup kuat menyalakan. Sudah berulang kali kami ganti bohlam,” keluhnya.
Keluhan warga ini dibenarkan oleh Peratin Sukaraja melalui Jurtul setempat, Firdaus, yang menyatakan bahwa persoalan suplai listrik memang menjadi keluhan klasik masyarakat yang belum mendapatkan solusi tuntas dari pihak PLN.
“Memang benar, persoalan listrik ini sudah lama dikeluhkan warga. Dan usulan melalui surat juga sudah beberapa kali kami sampaikan ke PLN. Saat ini memang sedang berlangsung perbaikan berupa pemasangan tiang dan kabel jaringan. Tapi itu tidak merubah keadaaan, karena suplai masih belum stabil. Masyarakat berharap penambahan gardu distribusi atau trafo khusus, agar beban bisa dibagi dan distribusi daya lebih merata,” ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan informasi teknis yang diterima, satu trafo memiliki kapasitas tertentu dalam melayani jumlah rumah. Jika kapasitas tersebut melebihi batas normal, maka penurunan tegangan menjadi konsekuensi yang tidak bisa dihindari.
“Artinya bukan semata kabel atau jaringan penghantarnya saja yang bermasalah, tapi juga soal daya listrik yang masuk ke wilayah kami. Kalau trafo hanya satu, dan melayani ratusan rumah, ya jelas tidak cukup,” tambahnya.
Pemerintah pekon pun berharap kepada PLN untuk menambah gardu di wilayah tersebut, namun hingga kini belum ada kepastian waktu realisasi.
“Harapan kami, PLN bisa melihat kondisi ini sebagai kebutuhan mendesak masyarakat. Karena listrik bukan hanya penerangan, tapi sudah jadi bagian dari kebutuhan dasar warga baik untuk pendidikan, usaha kecil, hingga layanan kesehatan,” tegasnya. (edi/lusiana)