Dukung Gizi dan Ekonomi, Wayngsion Gelontorkan Rp120 Juta ke BUMPekon

Ilustrasi Badan Usaha Milik Pekon (BUMPekon)-----
BATUKETULIS - Pemerintah Pekon Way Ngison, Kecamatan Batuketulis, Kabupaten Lampung Barat, mengalokasikan 20 persen Dana Desa Tahun Anggaran 2025 atau sebesar Rp120 juta untuk program ketahanan pangan. Dana tersebut dialokasikan dalam bentuk akses permodalan bagi Badan Usaha Milik Pekon (BUMPekon) untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar, yang akan dijalankan secara kolektif oleh masyarakat desa.
Langkah ini tidak hanya ditujukan untuk mendorong perekonomian lokal melalui sektor perikanan, tetapi juga mendukung program nasional makan bergizi gratis yang menjadi bagian dari agenda prioritas pemerintah pusat.
“Kami melihat bahwa budidaya ikan air tawar adalah pilihan realistis dan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan di tingkat pekon. Selain bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, ini juga bagian dari kontribusi pekon dalam mendukung pemenuhan gizi masyarakat,” ujar Pj Peratin Way Ngison, Sahril, S.E., saat dikonfirmasi, Rabu (16/7/2025).
Menurut Sahril, alokasi dana ini telah disepakati melalui musyawarah pekon, dan kegiatan budidaya akan dijalankan melalui unit usaha BUMPekon yang akan mendapat pendampingan teknis dari dinas terkait, termasuk Dinas Perikanan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pekon.
“Kami pastikan pemanfaatannya dikelola secara akuntabel dan partisipatif. Skema ini juga kami rancang agar BUMPekon bisa terus berkembang dan menjadi penggerak ekonomi produktif di pekon,” imbuhnya.
Pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan merupakan amanat dari regulasi nasional yang menetapkan minimal 20 persen dana desa dialokasikan untuk sektor tersebut. Di Way Ngison, pemanfaatan dana ini diarahkan untuk mendukung rantai pasok protein hewani yang terjangkau dan bisa diproduksi langsung di desa.
“Kita ingin menyuplai kebutuhan ikan konsumsi tidak hanya untuk pasar lokal, tapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan makan bergizi gratis di sekolah-sekolah yang digagas pemerintah,” terang Sahril.
Ia menambahkan, salah satu nilai penting dari program ini adalah pendekatan berbasis komunitas, di mana warga tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku aktif dalam proses produksi dan distribusi hasil panen ikan.
“Dengan pola ini, ketahanan pangan tidak hanya menjadi slogan, tapi benar-benar dirasakan oleh warga sebagai peluang usaha dan akses gizi yang lebih baik,” tegasnya.
Sahril optimistis bahwa usaha ini tidak hanya akan menopang ketahanan pangan pekon, tetapi juga membuka jalan bagi BUMPekon untuk memperluas unit usaha berbasis pangan lainnya.
“Kami sedang menyusun rencana jangka menengah agar ke depan tidak hanya ikan, tapi juga diversifikasi usaha pangan lainnya, sesuai dengan potensi lokal,” pungkasnya. (edi/lusiana)