Iran Ganti Sistem Pertahanan Udara Usai Dihantam Israel, Tunjukkan Pemulihan Pascaperang

Iran Klaim Baru Gunakan Kurang dari 5 Persen Kekuatan dalam Perang Melawan Israel. Foto/net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Pasca serangan besar-besaran Israel pada Juni lalu, Iran mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan mengganti sistem pertahanan udaranya yang rusak. Upaya ini menandai langkah strategis Teheran dalam memperkuat kembali pertahanannya setelah perang singkat namun intens selama 12 hari melawan Israel.

Dalam laporan yang dirilis media militer Iran, Defah Press, otoritas militer menyebut bahwa beberapa sistem pertahanan udara mereka mengalami kerusakan serius akibat dominasi angkatan udara Israel di langit Iran. Serangan itu menyebabkan kerugian besar, termasuk jatuhnya sejumlah perwira tinggi dan ilmuwan nuklir Iran.

Namun, militer Iran segera merespons dengan mengaktifkan sistem pertahanan pengganti yang sebelumnya telah disiapkan dan disimpan di lokasi-lokasi strategis. Meski tidak dijelaskan secara spesifik jenis sistem pertahanan udara yang digunakan, penggantian ini diklaim menggunakan teknologi dan sumber daya dalam negeri.

Sebelum konflik, Iran diketahui memiliki dua sistem pertahanan utama: Bavar-373 buatan lokal dan S-300 asal Rusia. Tidak ada informasi resmi tentang impor sistem baru dari luar negeri dalam beberapa pekan terakhir. Namun, usai perang, Iran terlihat memamerkan sistem pertahanan buatan Rusia dalam sebuah latihan militer berskala besar, sebagai sinyal bahwa kekuatan militernya telah pulih.

Konflik antara Iran dan Israel bermula pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara besar dengan tujuan menggagalkan potensi senjata nuklir Iran. Serangan tersebut menghancurkan beberapa situs penting dan menyebabkan korban jiwa di kalangan elit militer dan ilmuwan Iran.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan rentetan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Aksi saling serang ini berlangsung selama lebih dari seminggu, menyebabkan kerugian dan korban di kedua belah pihak. Situasi semakin memanas saat Amerika Serikat ikut campur dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni dini hari.

Di tengah meningkatnya ketegangan, Presiden AS Donald Trump memberikan ultimatum keras kepada Teheran. Namun, pada 24 Juni, kedua negara akhirnya menyepakati gencatan senjata, meredakan konflik bersenjata yang sempat dikhawatirkan akan meluas.

Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, ketegangan masih menyelimuti kawasan. Rasa cemas menyelimuti masyarakat Iran yang khawatir akan potensi pecahnya perang baru di tengah suasana yang masih belum stabil. Sementara itu, dunia terus mengamati bagaimana Iran dan sekutunya menata ulang kekuatan militer pascaperang, sembari menanti langkah selanjutnya dari Israel dan negara-negara besar yang terlibat dalam konflik ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan