KEBUNTEBU – Tim dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kabupaten Lampung Barat (Lambar), didampingi oleh Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kebuntebu, melakukan peninjauan ke areal persawahan tadah hujan di wilayah Kebuntebu pada Rabu, 18 Desember 2024.
Peninjauan ini bertujuan untuk melakukan pendataan serta pemetaan terhadap lahan sawah tadah hujan di wilayah tersebut sebagai bagian dari penyusunan data pemerintah.
Kepala BPP Kebuntebu Menurut Yazid, mengatakan kegiatan ini penting untuk mengetahui secara pasti luas lahan persawahan yang bergantung pada hujan sebagai sumber air utama. Berdasarkan data awal yang diperoleh, wilayah Kecamatan Kebuntebu memiliki total sekitar 700 hektar lahan pertanian, di mana 100 hektar di antaranya dikategorikan sebagai sawah tadah hujan.
Sawah tadah hujan memiliki karakteristik utama bergantung pada curah hujan untuk pengairannya. Kondisi ini menjadi tantangan bagi para petani, terutama di musim kemarau, ketika air menjadi kebutuhan mendesak namun sulit terpenuhi.
Yazid menekankan bahwa peninjauan ini juga bertujuan untuk mencari solusi terhadap tantangan tersebut, sehingga keberlanjutan produksi pertanian di wilayah ini dapat terjamin.
”Sawah tadah hujan sangat bergantung pada curah hujan, dan ketika musim kemarau datang, kondisi ini menjadi kendala yang cukup besar. Harapannya, melalui pendataan ini, kita bisa merumuskan solusi yang lebih baik untuk mendukung para petani,” ujar Yazid.
Saat ini, solusi yang tersedia untuk mengatasi keterbatasan air di wilayah tersebut adalah dengan membangun sumur bor. Sumur bor dinilai menjadi alternatif yang efektif untuk menyediakan sumber air di lahan-lahan sawah yang mengalami kekeringan.
Namun, Yazid juga berharap adanya dukungan tambahan dari pemerintah dalam bentuk program lain, seperti pembangunan embung atau irigasi sederhana, yang dapat membantu petani di wilayah tersebut.
”Sumur bor memang menjadi salah satu solusi yang cukup membantu, tetapi kami berharap ada upaya lain, seperti pengembangan teknologi irigasi, embung, atau kolam penampungan air. Dengan adanya langkah-langkah ini, kebutuhan air untuk sawah tadah hujan bisa lebih terjamin, dan produktivitas petani meningkat,” tambahnya.
Peninjauan ini juga menjadi langkah awal untuk menyusun strategi pengelolaan pertanian yang lebih baik di Kecamatan Kebuntebu.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap kondisi sawah tadah hujan di daerah-daerah yang rentan kekeringan. Selain itu, adanya pendampingan teknis dan program bantuan bagi petani juga dianggap sebagai langkah yang perlu diprioritaskan.
Para petani di Kebuntebu menyambut baik peninjauan ini dan berharap solusi yang dirumuskan nanti dapat memberikan dampak nyata bagi mereka.
”Kami berharap ada dukungan nyata dari pemerintah untuk memastikan lahan kami tetap produktif, meskipun tantangan kekeringan sering kali datang,” ujar salah satu petani setempat.
Dengan langkah-langkah strategis dan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan pihak terkait, diharapkan sawah tadah hujan di Kebuntebu dapat dikelola dengan lebih baik.
Hal ini tidak hanya akan mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Lampung Barat. *