Radarlambar.bacakoranco -Pada 13 Januari 2025, sejumlah anggota keluarga sandera Israel yang masih ditahan di Gaza mengungkapkan kemarahan mereka terhadap Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, terkait penolakannya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan. Kesepakatan ini diharapkan bisa menghentikan kekerasan dan membawa pulang kerabat mereka yang disandera oleh kelompok Hamas. Pihak yang memfasilitasi negosiasi tersebut adalah negara-negara seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, dengan tujuan utama untuk menghentikan pertempuran dan membebaskan sekitar 98 sandera yang masih berada di Gaza.
Smotrich, yang juga merupakan pemimpin dari partai nasionalis garis keras di pemerintahan Israel, menanggapi negosiasi tersebut dengan keras menolak kesepakatan tersebut. Ia menyebut kesepakatan itu sebagai "bencana" bagi keamanan negara Israel dan menegaskan bahwa Israel harus terus melanjutkan operasinya di Gaza sampai kelompok Hamas menyerah sepenuhnya. Ia menggambarkan perundingan tersebut sebagai bentuk "penyerahan diri" kepada Hamas dan menilai bahwa gencatan senjata akan merugikan Israel secara strategis.
Keluarga Sandera Menuntut Tindakan
Keputusan Smotrich menimbulkan reaksi keras dari keluarga-keluarga sandera yang hadir dalam pertemuan di ruang komite keuangan parlemen Israel. Di sana, mereka memprotes keras sikap Menteri Keuangan yang dianggap mengabaikan nasib keluarga mereka yang masih ditahan di Gaza. Beberapa anggota keluarga tampak emosional dan meminta agar segera ada keputusan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata demi membebaskan para sandera. Salah satu perwakilan keluarga, Yechiel Yehud, yang putrinya diculik dan putranya dibunuh oleh Hamas, menyampaikan bahwa meskipun Smotrich mungkin memiliki niat baik, keputusan yang diambil tidak cukup hanya dengan kata-kata—ia berharap ada tindakan nyata untuk menyelamatkan para sandera.
Kemajuan dalam Proses Negosiasi
Meskipun Smotrich tetap tegas menolak kesepakatan tersebut, proses negosiasi yang melibatkan Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat menunjukkan kemajuan. Draf akhir kesepakatan gencatan senjata telah diserahkan kepada kedua belah pihak, Israel dan Hamas, dengan harapan kesepakatan bisa dicapai dalam waktu 24 jam mendatang. Proses mediasi, yang juga melibatkan badan intelijen Israel seperti Mossad dan Shin Bet, semakin mendekati kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama di Gaza. Meskipun perundingan ini sudah berlangsung selama lebih dari setahun tanpa hasil yang memadai, ada harapan bahwa kesepakatan ini dapat menjadi titik balik dalam upaya menghentikan perang dan membawa kebebasan bagi para sandera.
Harapan yang Terus Berkembang
Bagi keluarga sandera yang menghadiri pertemuan tersebut, harapan mereka untuk segera tercapainya kesepakatan gencatan senjata tetap tinggi. Mereka mengharapkan agar pemerintah Israel mau mendengarkan seruan mereka demi keselamatan dan pembebasan kerabat mereka yang masih ditahan. Para mediator yang terlibat, termasuk pihak internasional seperti Amerika Serikat dan Mesir, juga terus berupaya memastikan agar kesepakatan ini tercapai dalam waktu dekat.
Walaupun ada ketegangan politik di Israel terkait dengan masalah ini, ada optimisme bahwa kemajuan yang tercapai dalam perundingan gencatan senjata dapat membuahkan hasil positif. Bagi keluarga sandera, ini adalah peluang yang sangat dinantikan untuk mengakhiri penderitaan mereka dan membawa pulang orang-orang tercinta yang kini masih berada dalam penahanan Hamas. (*)
Kategori :