Mengapa Banyak Hewan Laut Dalam Berukuran Raksasa?

Sabtu 08 Feb 2025 - 10:05 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Budi Setiawan

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Laut dalam adalah habitat yang gelap, dingin, dan penuh tekanan, tetapi juga rumah bagi makhluk-makhluk berukuran raksasa. Fenomena ini dikenal sebagai gigantisme laut dalam, yang umum terjadi pada berbagai jenis hewan, terutama invertebrata seperti cumi-cumi, laba-laba laut, dan cacing laut.

Lantas, mengapa hewan-hewan di laut dalam bisa tumbuh jauh lebih besar dibandingkan spesies sejenis di perairan dangkal?

Salah satu faktor utama gigantisme laut dalam adalah adaptasi terhadap lingkungan yang keras dan minim sumber makanan.

Makanan di laut dalam sebagian besar berasal dari perairan dangkal dan hanya sedikit yang mencapai dasar laut. Dalam kondisi ini, ukuran tubuh yang besar memberikan beberapa keuntungan.

Salah satunya adalah kemampuan untuk bergerak lebih jauh. Hewan yang lebih besar dapat menjelajah area lebih luas untuk mencari makanan atau pasangan kawin.

Ukuran tubuh yang besar memungkinkan metabolisme yang lebih efisien, membantu hewan bertahan dengan sedikit makanan.

Makhluk laut dalam yang besar, juga dapat menyimpan lebih banyak makanan dalam tubuhnya yang sangat penting saat makanan sulit ditemukan.

Sebagai contoh cumi-cumi kolosal yang hidup di perairan subantartika bisa tumbuh hingga 14 kali lebih besar dibandingkan cumi-cumi panah di perairan Selandia Baru. Bahkan ada spons laut raksasa di Samudra Pasifik yang ukurannya sebesar minivan.

Selain kelangkaan makanan, suhu air yang sangat dingin juga berperan dalam gigantisme laut dalam. Air yang lebih dingin memperlambat metabolisme hewan, membuat mereka tumbuh lebih lambat tetapi mencapai ukuran yang jauh lebih besar seiring waktu.

Contohnya adalah hiu Greenland (Somniosus microcephalus), yang bisa tumbuh hingga 7,3 meter dan berat 1,5 ton. Namun, pertumbuhannya sangat lambat, hanya sekitar 1 cm per tahun, dan baru mencapai kematangan seksual pada usia 150 tahun.

Fenomena ini juga ditemukan di sekitar perairan kutub, di mana siput laut, spons, cacing, laba-laba laut, dan bahkan organisme bersel tunggal bisa tumbuh jauh lebih besar dibandingkan spesies sejenis di tempat lain.

Tingginya kandungan oksigen di air dingin juga memungkinkan pertumbuhan hewan berukuran besar. Menurut U.S. Geological Survey (USGS), air di perairan kutub memiliki lebih banyak oksigen, sementara metabolisme hewan melambat karena suhu rendah. Kondisi ini membuat mereka bisa berkembang tanpa mengalami kekurangan oksigen.

Namun, meskipun oksigen tinggi bisa mendukung pertumbuhan besar, hal ini bukan penyebab langsung gigantisme. Sebaliknya, kondisi ini lebih berperan dalam menghilangkan kendala yang biasanya menghambat pertumbuhan tubuh yang besar.

Meski kondisi laut dalam memungkinkan hewan tumbuh besar, ada batasan alami pada ukuran mereka. Sebuah penelitian tahun 2017 yang meneliti laba-laba laut raksasa Arktik menemukan bahwa hewan yang lebih besar memiliki kadar oksigen lebih rendah dalam tubuhnya. Jika ukurannya terus bertambah, mereka bisa mengalami kekurangan oksigen, yang membatasi pertumbuhan lebih lanjut.

Menurut Art Woods, seorang ekofisiolog yang mempelajari gigantisme di wilayah kutub, pasokan oksigen menjadi faktor pembatas utama. Jika tubuh terlalu besar, metabolisme aerobik tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga jaringan akan mengalami kekurangan oksigen. (*)

Kategori :

Terkait