Mahasiswa UGM Gagas Ekowisata dan Agribisnis di Lumbok Seminung

Sabtu 21 Jun 2025 - 18:40 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Lusiana

Radarlambar.bacakoran.co - Di tengah bentang alam yang memesona di tepian Danau Ranau, puluhan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) bersiap menjalani misi sosial-ekologis yang lebih dari sekadar pengabdian. Mereka tergabung dalam Tim KKN-PPM “Senandung Seminung”, yang akan menghabiskan 50 hari di Pekon Lumbok dan Suka Maju, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat, mulai 20 Juni hingga 8 Agustus 2025 mendatang.

Dengan membawa tema "Pengembangan Ekowisata Berbasis Agribisnis Berkelanjutan", tim ini hadir untuk mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam mengelola potensi lokal, sekaligus menjawab tantangan nyata: mulai dari pencemaran Danau Ranau, meluasnya eceng gondok, hingga persoalan stunting dan penyakit tidak menular.

“Lumbok Seminung menyimpan potensi alam dan budaya yang luar biasa. Namun, kawasan ini juga menghadapi tantangan ekologis dan sosial yang tak bisa diabaikan. KKN ini bukan hanya soal transfer pengetahuan, tapi tentang belajar bersama masyarakat,” jelas Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Wagiman, S.T.P., M.Si., kemarin.

Dengan pendekatan berbasis agribisnis berkelanjutan, mahasiswa UGM akan membantu masyarakat merancang strategi promosi dan pengelolaan destinasi wisata yang lebih ramah lingkungan. Upaya ini menyasar pembangunan ekonomi tanpa mengorbankan ekosistem dan nilai-nilai lokal yang telah lama hidup di tengah masyarakat adat setempat.

Koordinator Unit KKN, Hidayat Syaifudin Ma’arif, menekankan bahwa program mereka tidak datang dengan pola "instan bantu lalu pergi". Sebaliknya, mereka membawa semangat kolaboratif berbasis partisipasi warga.

“Kami percaya pembangunan berkelanjutan itu dimulai dari desa. Mahasiswa hadir sebagai sahabat belajar, bukan sebagai pihak superior. Kita bersama-sama menyusun inisiatif yang relevan dengan kebutuhan dan kapasitas warga,” ujarnya.

Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah proliferasi eceng gondok yang mengganggu estetika dan ekosistem Danau Ranau. Di sisi lain, minimnya infrastruktur wisata, akses transportasi, serta keterbatasan promosi membuat potensi Lumbok Seminung belum tergarap maksimal.

Mahasiswa juga mencatat bahwa tingginya angka stunting dan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes menjadi hambatan besar dalam pembangunan manusia di kawasan ini.

“Melalui pendekatan Sustainable Development Goals (SDGs), kami akan mengintegrasikan berbagai program mulai dari edukasi kesehatan, pelatihan pertanian organik, penguatan kelembagaan desa wisata, hingga pengolahan produk hasil bumi lokal,” tambah Hidayat.

Untuk memastikan kegiatan tak berhenti sebagai jejak sesaat, Tim KKN Seminung juga aktif membagikan dokumentasi kegiatan mereka melalui kanal Instagram dan TikTok @senandung.seminung. Platform ini tidak hanya menjadi media informasi, tetapi juga sarana membangun keterlibatan publik lebih luas terhadap isu-isu pembangunan desa.

“Kami ingin masyarakat luas tahu bahwa di balik keindahan Danau Ranau, ada perjuangan warga menjaga alam, ada semangat pemuda membangun desa,” kata salah satu anggota tim kreatif.

Kehadiran mahasiswa UGM di Lumbok Seminung bukan sekadar program universitas. Ini adalah bagian dari transformasi budaya pembangunan, di mana generasi muda dan masyarakat lokal duduk sejajar menyusun masa depan yang lebih lestari, sehat, dan mandiri.

“Kolaborasi adalah kata kunci. Kita berharap, pasca KKN ini, warga tetap melanjutkan inisiatif yang telah dirintis. Karena pembangunan sejati bukan apa yang kita bawa, tapi apa yang tersisa setelah kita pulang,” tutup Dr. Wagiman. (edi/lusiana)

Kategori :