Irigasi Way Palakia Rusak, DTPH Kejar Dukungan Dana Pusat

Sabtu 16 Aug 2025 - 18:27 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Lusiana

RADARLAMBAR.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) memastikan akan mengupayakan penanganan permanen kerusakan saluran irigasi Bendungan Way Palakia, Kecamatan Sukau, yang kembali rusak parah akibat banjir dan longsor pada awal Agustus 2025.

Cuaca ekstrem yang melanda Kecamatan Sukau beberapa waktu lalu kembali memperparah kerusakan infrastruktur pertanian di Bendungan Way Palakia. Kondisi ini membuat aliran air dari bendungan ke sawah benar-benar terhenti, memicu kekhawatiran gagal panen di tengah masa pertumbuhan padi yang membutuhkan suplai air maksimal. Saluran irigasi permanen sebelumnya juga telah rusak sejak banjir tahun 2024 lalu dan belum tertangani secara menyeluruh karena keterbatasan anggaran daerah.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Lampung Barat Maidar S.H., M.Si., mengatakan pihaknya telah menurunkan tim untuk menginventarisasi kerusakan terkini. Hasil sementara menunjukkan, penanganan membutuhkan anggaran besar agar saluran irigasi bisa dibangun kembali secara permanen dan tahan terhadap bencana.

“Kerusakan saluran irigasi Way Palakia memang sudah menjadi prioritas sejak 2024 lalu. Hanya saja, keterbatasan APBD membuat kita baru bisa melakukan penanganan darurat. Fokus kita tetap pada pembangunan permanen,” ujar Maidar.

Menurutnya, DTPH telah mengusulkan penanganan ke Kementerian Pertanian serta berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk turut menganggarkan penanganan permanen.

“Kita sudah sampaikan usulan ke pusat dan koordinasi dengan PUPR untuk masuk dalam anggaran penanganan permanen. Butuh dukungan lintas sektor karena ini menyangkut ketahanan pangan daerah," tegasnya.

Maidar menegaskan, pihaknya berkomitmen terus mendukung program swasembada pangan melalui peningkatan infrastruktur pertanian, termasuk irigasi. Selama beberapa tahun terakhir, DTPH telah membangun sejumlah saluran irigasi tersier yang dapat dibiayai APBD, namun untuk irigasi utama seperti Way Palakia dibutuhkan dukungan anggaran yang jauh lebih besar.

“Irigasi adalah nyawa pertanian. Tanpa air, semua upaya budidaya akan terhenti. Kami akan terus berupaya mencari solusi, baik melalui dana pusat, provinsi, maupun sinergi antar instansi, agar petani kita tidak lagi khawatir setiap musim hujan datang,” kata Maidar.

Cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat kembali mengakibatkan kerusakan infrastruktur penting. Hujan deras yang mengguyur sejak beberapa hari terakhir memicu banjir dan longsor di sekitar Bendungan Way Palakia, yang mengakibatkan jaringan irigasi darurat patah dan hancur. Akibatnya, aliran air ke lahan pertanian terganggu dan puluhan hektare sawah milik petani setempat terancam gagal panen.

Kondisi ini memperparah situasi yang sebelumnya sudah genting. Saluran irigasi utama bendungan sebenarnya telah mengalami kerusakan akibat banjir beberapa waktu lalu. Sebagai upaya darurat, pemerintah pekon bersama warga sempat melakukan solusi alternatif dengan memasang jaringan pipa untuk mengalirkan air dari bendungan ke sawah.

Namun, pipa-pipa tersebut tidak mampu bertahan dari derasnya arus dan tekanan tanah akibat longsor. Kini, jalur distribusi air benar-benar terputus, meninggalkan puluhan petani dalam kondisi waswas.

Pj Peratin Buaynyerupa, Edi Alekson, melalui Juru Tulis Pekon, Yentoni, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa kerusakan akibat longsor cukup parah dan langsung berdampak pada mata pencaharian masyarakat.

“Pipa yang dulu dipasang sebagai alternatif kini patah dan hanyut. Sementara saluran irigasi aslinya juga belum bisa diperbaiki secara permanen. Saat ini sawah-sawah warga di hilir tidak terairi sama sekali,” ujar Yentoni.

Menurutnya, lahan yang terdampak mencapai puluhan hektare sawah produktif yang selama ini mengandalkan aliran air dari Bendungan Way Palakia. Selain menjadi sumber pangan, hasil panen dari area ini juga menjadi tumpuan ekonomi sebagian besar keluarga di Pekon Buaynyerupa.

“Jika tidak segera ditangani, petani bisa mengalami gagal panen. Ini menyangkut ketahanan pangan dan pendapatan warga. Maka kami berharap pemerintah daerah segera turun tangan,” tegasnya.

Kategori :