SEKINCAU – Warga di Pemangku 9, Pilaujung, Pekon Tigajaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, mendadak geger setelah terdengar suara auman hewan buas yang diduga kuat berasal dari harimau liar, Sabtu malam (13/9) sekitar pukul 23.00 WIB.
Satu kepala keluarga (KK), yakni Pardi (40) bersama istri dan dua anaknya, terpaksa diungsikan (Evakuasi) ke pemukiman warga setelah melaporkan bahwa dirinya mendengar suara auman hewan besar tak jauh dari kediamannya.
Gubuk Pardi diketahui berada cukup terpencil, di Sedanginan sekitar tiga kilometer dari pemukiman warga lainnya, dan masuk dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selata (TNBBS).
Menurut penuturan Juru Tulis setempat Eko Setiawan, keputusan untuk mengevakuasi keluarga Pardi diambil sebagai langkah cepat dan antisipatif.
“Karena suara auman itu diduga berasal dari harimau, warga sepakat untuk mengungsikan Pardi dan keluarganya ke rumah saudaranya di area pemukiman, guna menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan," ujar Eko saat dikonfirmasi, Minggu (14/9).
Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Sekitar sepekan sebelumnya, seorang warga menjadi korban serangan harimau saat pulang dari kebun kopi di wilayah Sedanginan, yang jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari kediaman Pardi. Korban saat itu tengah mengendarai sepeda motor usai memanen kopi, ketika hewan buas menyerang secara tiba-tiba.
“Warga semakin waspada sejak kejadian itu. Ketika ada laporan suara harimau lagi, kami tidak mau ambil risiko,” lanjut Eko.
Lokasi tempat tinggal dan kebun milik Pardi diketahui berada di wilayah TNBBS. Namun, aparat pekon belum bisa memastikan apakah titik rumah dan kebun tersebut secara administratif masuk ke dalam zona konservasi atau berada di hutan produksi masyarakat.
“Kami belum memiliki data pasti apakah titik itu masuk kawasan taman nasional atau tidak. Tapi memang lokasinya berbatasan langsung,” jelas Eko.
Proses evakuasi terhadap keluarga Pardi dilakukan secara bergotong royong oleh warga sekitar. Meski berlangsung pada malam hari, warga kompak dan sigap membantu proses pengungsian untuk memastikan keselamatan keluarga tersebut.
Kepala Pemangku 9 Pilaatas Danang Eko Saputro pihak pekon telah melaporkan kejadian ini ke instansi terkait, termasuk Balai Besar TNBBS dan pihak kepolisian setempat, guna penyelidikan lebih lanjut dan langkah mitigasi berikutnya.
Masyarakat diimbau tetap waspada dan mengurangi aktivitas ke kebun, terutama pada malam hari, sampai situasi dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
" Kapan kita warga yang benar Kauman harimau tersebut hanya karena sugesti akan kejadian sebelumnya,tandasnya.
Fenomena serangan satwa liar harimau di Kabupaten Lampung Barat telah berlangsung sejak 2023 dan telah memakan beberapa korban nyawa sehingga Kejadian ini Tentunya menjadi traumatis bagi masyarakat terutama yang berdekatan dengan lokasi tempat kejadian baik itu di wilayah Kecamata BNS dan Suoh, maupun di Kecamatan Airhitam dan Sekincau yang lokasolinya di titik tertentu masuk dalam TNBBS. (rinto/nopri)