BALIKBUKIT - Longsor yang terjadi di Kebun Raya Liwa (KRL) Kecamatan Balikbukit Kabupaten Lampung Barat hingga saat ini belum ada penanganan dari pemerintah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) M Henry Faisal, S.H, M.H mengungkapkan, terkait longsor yang terjadi di sebelah sisi kanan kantor UPT KRL dan talud penahan tanah (TPT) yang mengalami retak retak dan tempat spot poto yang nyaris rubuh, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Hasil koordinasi kita dengan Kementerian PUPR bahwa bantuan anggaran untuk Kebun Raya di seluruh Indonesia tahun ini moratorium (penundaan), sehingga kita akan mencari alternatif lain seperti melalui APBD, DAK Fisik atau anggaran lain,” ujar Henry, Selasa 20 Februari 2024.
Menurut Henry, rencananya pada Maret mendatang, pihaknya bersama Penjabat (Pj) Bupati Nukman akan berkoordinasi ke Bappenas. “Di Bappenas nanti, pemerintah daerah akan menyampaikan sejumlah program termasuk nanti kita akan sampaikan kondisi longsor yang terjadi di Kebun Raya Liwa, dengan harapan bisa ditangani oleh pemerintah pusat,” kata dia.
Untuk sementara ini, lanjut dia, upaya yang telah dilakukan yaitu pemasangan cerucut bambu untuk menahan longsor di wilayah yang terdampak serta pemasangan tali supaya para pengunjung tidak melintas diatas karena tanahnya rawan longsor. “Kita berharap kedepan pondasi bangunan yang amblas dan longsor yang terjadi di KRL dapat ditangani sehingga kerusakannya tidak semakin parah dan bangunan gedung kantor tidak ambruk,” harapnya.
Sekadar diketahui, akibat curah hujan tinggi yang terjadi beberapa hari ini di Kabupaten Lampung Barat mengakibatkan Kebun Raya Liwa (KRL) di Kecamatan Balikbukit mengalami longsor.
Kasubbag Tata Usaha (TU) UPT Kebun Raya Liwa Budi Haryadi mengungkapkan longsor terjadi di sebelah sisi kanan kantor UPT KRL. Selain itu talud penahan tanah (TPT) di KRL juga mengalami retak retak bahkan tempat spot poto juga nyaris rubuh.
“Longsor yang terjadi di sebelah sisi kanan kantor KRL ini terjadi pada malam Selasa yang diakibatkan curah hujan tinggi. Kemudian dua hari ini talud penahan tanah (TPT) juga mengalami retak retak akibat derasnya hujan. Bentangan tanah yang longsor sekitar 40-50 meter dengan kedalaman atau kemiringan sekitar 15 meter,” ungkap Kasubbag Tata Usaha UPT Kebun Raya Liwa Budi Haryadi di lokasi longsor, Rabu 29 November 2023.
Menurut dia, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan khususnya untuk pengunjung KRL, pihaknya telah melakukan penanganan dan antisipasi dengan memasang tali di sepanjang lokasi yang mengalami longsor. “Di lokasi yang mengalami longsor sudah kita pasang tali supaya para pengunjung tidak melintas diatasnya karena tanahnya rawan longsor. Kita juga sudah melaporkan kepada bapak bupati dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah terkait bencana longsor yang terjadi di Kebun Raya Liwa ini,” kata dia
Jika turun hujan, lanjut dia, pihaknya melakukan antisipasi karena tanah di KRL ini labil sehingga ia bersama pegawai lainnya tidak semuanya berada di dalam gedung kantor dan pihaknya memilih beristirahat di gazebo karena khawatir gedung akan rubuh.
“Dibelakang bangunan kantor kita ini juga sudah lama terjadi longsor dan sampai saat ini belum juga ditangani, jadi kita khawatir kalau hujan deras bangunan kantor ini akan rubuh maka kita mengungsi,” kata dia.
Dengan longsornya sejumlah lokasi di KRL ini, pihaknya berharap kepada pemerintah daerah agar segera melakukan penanganan, sebab jika tidak ditangani maka longsor akan semakin parah dan bertambah luas. “Kalau tidak segera ditangani oleh pemerintah daerah, kita khawatir curah hujan tinggi akan berdampak terjadi kerusakan yang semakin parah,” pungkas dia. (*)