RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berharap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mampu berperan besar dalam mengakhiri invasi Rusia. Optimisme itu muncul setelah Trump sukses menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, yang dinilai sebagai sinyal positif bagi upaya perdamaian dunia.
Zelenskyy menilai diplomasi Trump di Timur Tengah bisa menjadi contoh bagi penyelesaian konflik di Eropa Timur. Ia juga disebut telah melakukan dua kali pembicaraan produktif dengan Trump, membahas perdamaian, pertahanan udara, serta peningkatan kemampuan serangan jarak jauh Ukraina.
Kiev memandang keberhasilan Trump di Gaza dapat dijadikan tolok ukur bahwa tekanan diplomatik yang kuat mampu menghentikan perang. Zelenskyy bahkan menyatakan kesiapannya untuk mencalonkan Trump sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun depan — dengan catatan, jika Trump berhasil membantu menghentikan perang di Ukraina.
Namun, fokus dunia yang kini tertuju ke Timur Tengah disebut memberi celah bagi Rusia untuk meningkatkan serangan udara di wilayah Ukraina. Dalam sepekan terakhir, Rusia meluncurkan ribuan drone, ratusan rudal, dan bom luncur yang menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur energi, terutama di Kiev dan Odesa.
AS Pertimbangkan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina
Salah satu agenda penting dalam komunikasi antara Kiev dan Washington adalah rencana pengiriman rudal jelajah Tomahawk dari AS ke Ukraina. Rudal dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer ini berpotensi memperkuat kemampuan Ukraina menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia.
Moskow menanggapi rencana itu dengan keras, menyebut pengiriman rudal tersebut dapat menghancurkan hubungan diplomatik AS–Rusia. Kremlin juga menyoroti potensi eskalasi karena beberapa varian Tomahawk mampu membawa hulu ledak nuklir. Sementara itu, Presiden Belarus Alexander Lukashenko meragukan Washington akan benar-benar mengambil langkah tersebut.
Ukraina Dorong Sanksi Lebih Keras terhadap Rusia
Di tengah situasi yang memanas, Zelenskyy mendesak agar AS dan sekutunya memperkuat tekanan ekonomi terhadap Moskow. Ia mengusulkan penerapan sanksi sekunder dan tarif tambahan bagi negara yang masih membeli minyak dari Rusia. Langkah itu dinilai lebih efektif untuk menekan Kremlin dibanding serangan militer.
Sejumlah negara Eropa seperti Prancis, Inggris, dan Jerman telah sepakat memanfaatkan aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai pertahanan dan pemulihan Ukraina. Kiev menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk solidaritas nyata terhadap perjuangan negaranya mempertahankan kedaulatan.
Dengan berbagai upaya diplomasi dan strategi ekonomi, Ukraina berharap momentum perdamaian seperti di Gaza bisa menjadi inspirasi nyata bagi berakhirnya perang panjang di Eropa Timur.