Google Bangun Pusat Data di Luar Angkasa Lewat Proyek “Suncatcher”

Sabtu 08 Nov 2025 - 09:12 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Raksasa teknologi Google mengumumkan rencana ambisius untuk membangun pusat data di luar angkasa pada awal 2027. Proyek ini diberi nama Project Suncatcher, dan digadang-gadang akan menjadi langkah revolusioner dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) global.

Langkah tersebut diambil menyusul meningkatnya kebutuhan daya komputasi untuk AI yang terus melonjak dari tahun ke tahun. Dengan menempatkan pusat data di orbit, Google berharap dapat memanfaatkan energi surya secara langsung dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya bumi, termasuk air dan lahan.

"Di masa depan, ruang angkasa mungkin menjadi tempat terbaik untuk mengembangkan komputer AI," tulis Google dalam risetnya, dikutip dari The Guardian, Selasa (4/11).

Pusat Data Bertenaga Surya di Orbit

Project Suncatcher akan menempatkan sekitar 80 satelit bertenaga surya di orbit rendah Bumi, sekitar 400 mil dari permukaan. Masing-masing satelit akan dilengkapi prosesor berkinerja tinggi seperti Google TPU untuk menjalankan pemrosesan AI dalam skala besar.

Pusat data orbital ini dirancang untuk mengirim dan menerima data melalui tautan optik, yakni teknologi berbasis sinar laser yang memungkinkan transmisi data berkecepatan tinggi antara satelit dan stasiun di Bumi.

Menurut laporan Google, efisiensi panel surya di luar angkasa bisa delapan kali lebih tinggi dibandingkan panel surya di permukaan bumi. Dengan demikian, pusat data orbital ini diyakini dapat menghasilkan energi bersih dalam jumlah besar dan mengurangi emisi karbon jangka panjang.

Tantangan: Puing Antariksa dan Emisi Roket

Namun, proyek tersebut tidak lepas dari tantangan besar. Peluncuran roket ke orbit menghasilkan emisi karbon dioksida hingga ratusan ton, dan penambahan satelit baru dikhawatirkan akan mengganggu pengamatan astronomi di Bumi.

Meski begitu, para insinyur Google meyakini bahwa biaya peluncuran dan perawatan akan menurun drastis dalam satu dekade ke depan. Pada pertengahan 2030-an, biaya pengoperasian pusat data di luar angkasa diperkirakan akan setara dengan pusat data di Bumi.

Kompetisi Menuju “AI di Luar Angkasa”

Google bukan satu-satunya pemain dalam perlombaan menuju luar angkasa. CEO SpaceX Elon Musk baru-baru ini menyatakan rencana memperluas operasi pusat data orbital milik Starlink, sementara Nvidia dikabarkan akan meluncurkan chip AI pertama ke luar angkasa bekerja sama dengan startup Starcloud.

"Di ruang angkasa, Anda mendapatkan energi terbarukan yang hampir tak terbatas dan murah. Biaya lingkungan hanya timbul pada saat peluncuran," kata Philip Johnston, salah satu pendiri Starcloud.

Google berencana meluncurkan dua satelit prototipe pertama Project Suncatcher pada awal 2027, yang disebut sebagai tonggak pertama menuju AI berbasis ruang angkasa yang dapat diskalakan.

 

Jika berhasil, langkah ini akan mengubah peta industri teknologi global—menjadikan luar angkasa bukan sekadar arena eksplorasi, melainkan pusat inovasi komputasi masa depan.(*)

Kategori :