LUMBOKSEMINUNG - Keberadaan infrastruktur jalan yang memadai, nyaman serta aman untuk dilalui hingga kini masih menjadi dambaan bagi masyarakat Pekon Pancurmas dan Ujungrembun (Sukabanjar II Ujungrembun), Kecamatan Lumbokseminung, Kabupaten Lampung Barat.
Sebab, hingga kini akses utama menuju dua pekon yang berada di ujung wilayah Provinsi Lampung itu jauh dari kata aman dan nyaman. Hal itulah yang menghambat kemajuan dua pekon terpencil di Lambar tersebut.
Pasalnya, jalan yang rusak ditambah medan yang terjal menjadi kendala utama masyarakat setempat untuk mengeluarkan hasil bumi. Padahal kedua wilayah itu memiliki hasil perkebunan dan pertanian yang cukup melimpah, mulai dari kopi, kayu manis hingga beberapa komoditi hasil bumi lainnya.
Ditengah kesulitan dalam mengakses jalan itu, masyarakat atau petani harus mengandalkan ojek sebagai transportasi untuk mengangkut hasil panen. Kondisi itu yang kerap dikeluhkan lantaran ongkos angkut hasil panen bisa mencapai Rp1.500 per kilogram.
Tokoh masyarakat Pancur Mas, Dadang Ermayadi, tidak menampik kondisi itu, menurutnya apa yang dialami masyarakat setempat sudah berlansung sejak puluhan tahun lalu.
Namun ditengah kondisi itu, kata dia, masyarakat tidak hanya berpangku tangan. Berbagai upaya gotong-royong secara rutin dilakukan untuk menunjang kelancaran mobilitas warga.
“Jika dibanding beberapa tahun sebelumnya, saat ini kondisi jalan utama sudah dikatakan sedikit lebih baik karena sudah dipasang paving blok hasil swadaya dan gotong royong masyarakat, walaupun itu masih jauh dari kata nyaman dilalui,” ujarnya.
Menurutnya, akses jalan akan semakin sulit dilalui bila musim penghujan tiba. Ini mengakibatkan distribusi hasil panen tertunda. Petani baru bisa menjual hasil panen, seperti kayu manis, cabai, lada, jahe dan kopi jika cuaca terang.
“Masyarakat sudah bertahan dengan kondisi ini sejak puluhan tahun lalu, dan sampai saat ini belum pernah dapat perbaikan. Bahkan sudah banyak korban kecelakaan saat membawa hasil panen sehingga kita berharap ada perhatian serius pemerintah daerah untuk membangun akses ini atau paling tidak sedikit memberikan kenyamanan masyarakat pengguna jalan supaya hasil bumi bisa di bawa keluar dengan lancar dan petani sejahtera,” harapnya.
Sementara itu, Narto salah satu penjual jasa ojek, mengaku tingginya harga ongkos angkut panen dinilai sudah sesuai dengan resiko keselamatan dan medan jalan yang ekstrim.
“Ya kalau ongkos menurut kami sesuai dengan resiko yang kami ambil karena bisa dilihat sendiri sangat sulit menaklukan jalan ini selain tanjakan dan turunan yang curam ada beberapa spot yang membahayakan pengendara,” tandasnya. *