Radarlambar.bacakoran.co- Seperti kegiatan ngejalang kubur yang merupakan tradisi masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat, salah satunya pada saat memasuki bulan puasa Ramadhan dan Hari raya Idul Fitri, hingga kini masih terus bertahan, bahkan berkembang di masyarakat.
Menurut Saibatin Marga Way Napal Gelar Suntan Pangiran Dalom Simbangan Ratu, Putrawan Jaya Ningrat, mengatakan bahwa, ngejalang sebelumnya itu dibuat oleh suku-suku adat saibatin, terutama saat memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Hal itu ditunjukan dengan adanya pelembaran atau nurun pakhar (pahar) yang berisi buak atau kue, yang diadakan oleh masing-masing suku adat. Adanya pakhar atau pahar tersebut merupakan sebagai sangu (bekal) warga setelah memanjatkan doa-doa untuk ahli kubur.
Selain berziarah, ngejalang juga merupakan salah satu ajang dalam mempererat silahturahmi dengan keluarga dan kerabat. Selain ngejalang kubur, juga ada ngejalang pangan. Untuk ngejalang pangan sendiri merupakan acara doa bersama di masjid yang dilakukan setelah hari Raya Idul Fitri, yang juga bertujuan untuk menjaga kesatuan dan persatuan masyarakat. Sedangkan, ngejalang kubur biasanya dilakukan di lokasi tempat pemakaman umum.(*)