Sidang Parlemen Selandia Baru Memanas: Anggota Parlemen Tarian Haka Ka Mate Sebagai Protes
Hana-Rawhiti Maipi-Clarke. Foto Capture Video--
Radarlambar.bacakoran.co - Pada Kamis, 14 November 2024, Sidang Parlemen Selandia Baru berlangsung tegang, dipicu oleh aksi beberapa anggota parlemen yang menari Haka Ka Mate. Tarian tradisional ini dilakukan sebagai bentuk protes atas rancangan undang-undang yang kontroversial yang bertujuan untuk menafsirkan ulang Perjanjian Waitangi, yang dianggap sebagai dokumen pendirian negara Selandia Baru.
Tarian Haka dimulai oleh anggota parlemen dari partai oposisi, Hana-Rawhiti Maipi-Clarke, setelah ditanya mengenai dukungan partainya terhadap rancangan undang-undang tersebut. Selain itu, kelompok hak asasi Maori juga menggelar protes damai yang bergerak menuju ibu kota, Wellington, untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap RUU tersebut.
Apa itu Tarian Haka Ka Mate?
Haka Ka Mate adalah tarian tradisional dari suku Maori yang biasanya dilakukan untuk menyambut tamu. Meskipun sering dikaitkan dengan persiapan pertempuran, Haka Ka Mate tidak hanya dilakukan oleh pria, melainkan juga oleh wanita. Tarian ini dikenal dengan ekspresi wajah yang garang, yang bertujuan untuk memberikan semangat atau bahkan untuk mengintimidasi lawan.
Secara tradisional, Haka adalah tarian perang yang digunakan untuk memberikan semangat kepada prajurit sebelum pergi ke medan perang. Haka Ka Mate, khususnya, berasal dari legenda Maori yang menceritakan Dewa Matahari Tama-nui-te-ra dan istrinya, Hine-raumati, yang memiliki seorang anak bernama Tane-rore. Menurut cerita, getaran udara pada hari-hari musim panas diyakini sebagai tanda bahwa Tane-rore sedang menari untuk ibunya.
Selain digunakan dalam konteks perang, tarian Haka juga sering dipertunjukkan dalam berbagai acara penting, seperti pernikahan, ulang tahun, pemakaman, dan perayaan lainnya. Sejak 1972, Haka menjadi bagian dari festival seni Te Matatini yang diadakan setiap dua tahun sekali di Selandia Baru.
Sejarah dan Makna Haka Ka Mate