Santa Cruz del Islote: Pulau Terpadat di Dunia yang Menjaga Semangat Kekeluargaan di Tengah Keterbatasan
Pulau Santa Cruz del Islote. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Laut Karibia dikenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa, dan di antara banyak pulau yang ada, ada satu pulau yang menarik perhatian dunia karena kepadatannya: Santa Cruz del Islote, sebuah pulau kecil di Kolombia.
Pulau ini tercatat sebagai pulau terpadat di dunia, dengan kepadatan populasi yang sangat tinggi meski hanya memiliki luas dua hektare, atau sekitar satu stadion sepak bola.
Meskipun pulau ini hanya memiliki luas yanSanta Cruz del Islote: Pulau Terpadat di Dunia yang Menjaga Semangat Kekeluargaan di Tengah Keterbatasan
Jakarta – Laut Karibia dikenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa, dan di antara banyak pulau yang ada, ada satu pulau yang menarik perhatian dunia karena kepadatannya: Santa Cruz del Islote, sebuah pulau kecil di Kolombia.
Pulau ini tercatat sebagai pulau terpadat di dunia, dengan kepadatan populasi yang sangat tinggi meski hanya memiliki luas dua hektare, atau sekitar satu stadion sepak bola.
Meskipun pulau ini hanya memiliki luas yang terbatas, sekitar 200 keluarga tinggal di sana, membangun rumah-rumah yang saling terhubung hampir menutupi seluruh permukaan tanah. Dalam sebuah video, YouTuber Ruhi Çenet, yang mengunjungi pulau tersebut, menjelaskan bahwa penduduk di sana membangun rumah di setiap sudut yang tersedia, bahkan terkadang membangun di atas bangunan yang sudah ada.
Menariknya, dengan kepadatan yang luar biasa ini, Santa Cruz del Islote kini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan Manhattan di Amerika Serikat.
Kehidupan di Santa Cruz del Islote sangat bergantung pada sektor perikanan. Penduduk pulau ini memperoleh ikan segar dari Laut Karibia, sementara kebutuhan pangan lainnya seperti sayuran dan buah-buahan dipenuhi melalui pengiriman yang dilakukan oleh Angkatan Laut Kolombia setiap beberapa pekan.
Karena keterbatasan ruang, tidak ada pertanian di pulau ini, yang membuat ketergantungan pada impor bahan makanan semakin besar.
Pulau ini juga tidak memiliki kendaraan bermotor, karena sangat kecil. Seluruh pulau dapat dijelajahi dengan berjalan kaki dalam waktu kurang dari dua menit.
Terdapat hanya empat jalan utama yang menghubungkan berbagai bagian pulau. Meskipun fasilitasnya terbatas, beberapa fasilitas dasar seperti sekolah, gereja, dan klinik tetap ada untuk mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh Santa Cruz del Islote adalah pertumbuhan populasi yang sangat pesat. Banyak perempuan di pulau ini memiliki anak pertama pada usia sekitar 16 tahun, dan banyak keluarga memiliki lebih dari lima anak.
Kurangnya akses terhadap alat kontrasepsi menjadi salah satu penyebab utama dari tingginya angka kelahiran di pulau ini. Akibatnya, populasi terus berkembang pesat, yang turut memperburuk kepadatan penduduk.
Infrastruktur di Santa Cruz del Islote sangat terbatas. Meskipun ada pasokan listrik, sering terjadi pemadaman yang berlangsung beberapa jam setiap hari. Selain itu, pulau ini juga tidak memiliki sistem pembuangan limbah yang memadai, sehingga limbah domestik langsung dibuang ke laut.
Kondisi ini tentu saja menjadi salah satu masalah lingkungan yang cukup serius, meskipun warga di sana berusaha untuk bertahan hidup dengan semangat kebersamaan yang tinggi. Mereka tidak memerlukan polisi karena hubungan antarwarga yang sangat harmonis, dengan masalah sering kali diselesaikan secara musyawarah.
Meskipun fasilitasnya terbatas, pulau ini masih menyediakan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah (kelas 10). Sekitar 60 persen dari penduduknya adalah anak-anak yang bersekolah di sana. Namun, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka harus meninggalkan pulau tersebut.
Selain menjadi nelayan, penduduk Santa Cruz del Islote juga mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan. Mereka menawarkan pengalaman wisata yang unik, seperti berenang bersama hiu, yang menarik minat wisatawan. Namun, pulau ini juga mendapat kritik dari beberapa agen perjalanan yang menilai bahwa hewan-hewan di sana tidak diperlakukan dengan baik.
Selain itu, jalan-jalan yang penuh dengan rumah-rumah warna-warni sering kali dianggap sebagai gambaran kemiskinan yang disalahartikan sebagai destinasi wisata.
Santa Cruz del Islote, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan keterbatasan fasilitas, tetap menjadi simbol ketahanan dan semangat kekeluargaan yang luar biasa. Kehidupan yang sederhana namun penuh kebersamaan ini mengajarkan kita banyak hal tentang bagaimana bertahan dalam kondisi sulit.
Meskipun dianggap sebagai “wisata kumuh” oleh sebagian orang, pulau ini tetap memancarkan pesona yang unik, dan menjadi tempat yang berbeda dari tempat lain di dunia, dengan kehidupan yang penuh makna di tengah kesederhanaan.g terbatas, sekitar 200 keluarga tinggal di sana, membangun rumah-rumah yang saling terhubung hampir menutupi seluruh permukaan tanah.
Dalam sebuah video, YouTuber Ruhi Çenet, yang mengunjungi pulau tersebut, menjelaskan bahwa penduduk di sana membangun rumah di setiap sudut yang tersedia, bahkan terkadang membangun di atas bangunan yang sudah ada.
Menariknya, dengan kepadatan yang luar biasa ini, Santa Cruz del Islote kini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan Manhattan di Amerika Serikat.
Kehidupan di Santa Cruz del Islote sangat bergantung pada sektor perikanan. Penduduk pulau ini memperoleh ikan segar dari Laut Karibia, sementara kebutuhan pangan lainnya seperti sayuran dan buah-buahan dipenuhi melalui pengiriman yang dilakukan oleh Angkatan Laut Kolombia setiap beberapa pekan. Karena keterbatasan ruang, tidak ada pertanian di pulau ini, yang membuat ketergantungan pada impor bahan makanan semakin besar.
Pulau ini juga tidak memiliki kendaraan bermotor, karena sangat kecil. Seluruh pulau dapat dijelajahi dengan berjalan kaki dalam waktu kurang dari dua menit. Terdapat hanya empat jalan utama yang menghubungkan berbagai bagian pulau. Meskipun fasilitasnya terbatas, beberapa fasilitas dasar seperti sekolah, gereja, dan klinik tetap ada untuk mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh Santa Cruz del Islote adalah pertumbuhan populasi yang sangat pesat. Banyak perempuan di pulau ini memiliki anak pertama pada usia sekitar 16 tahun, dan banyak keluarga memiliki lebih dari lima anak. Kurangnya akses terhadap alat kontrasepsi menjadi salah satu penyebab utama dari tingginya angka kelahiran di pulau ini. Akibatnya, populasi terus berkembang pesat, yang turut memperburuk kepadatan penduduk.
Infrastruktur di Santa Cruz del Islote sangat terbatas. Meskipun ada pasokan listrik, sering terjadi pemadaman yang berlangsung beberapa jam setiap hari.
Kondisi ini tentu saja menjadi salah satu masalah lingkungan yang cukup serius, meskipun warga di sana berusaha untuk bertahan hidup dengan semangat kebersamaan yang tinggi. Mereka tidak memerlukan polisi karena hubungan antarwarga yang sangat harmonis, dengan masalah sering kali diselesaikan secara musyawarah.