Menteri ESDM Beberkan Rencana Investasi CATL di Proyek Baterai Rp 97 Triliun

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia-Foto Instagram-
Radarlambar.bacakoran.co- Investasi asing dalam sektor industri kendaraan listrik di Indonesia kembali mendapat momentum strategis dengan rencana investasi senilai US\$ 6 miliar oleh perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan rencana ini sebagai bagian pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik yang mencakup rantai nilai dari hulu hingga hilir. Proyek tersebut akan mengintegrasikan tambang nikel, fasilitas pengolahan dan pemurnian teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, katoda, sel baterai, serta fasilitas daur ulang baterai.
Dalam skema kemitraan strategis, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan memegang porsi mayoritas saham sebesar 51 persen pada sektor hulu, sedangkan CATL menguasai sisanya. Namun, pada tahap antara dan hilir melalui joint venture, perusahaan BUMN hanya memiliki porsi 30 persen saham, sisanya dikuasai CATL. Hal ini menunjukkan model kemitraan yang berfokus pada sinergi antara modal asing dan peran strategis BUMN untuk memperkuat ekosistem baterai nasional.
Dukungan finansial juga diperkuat dengan masuknya Danantara sebagai penyedia pembiayaan proyek. Sebagai perusahaan BUMN yang mengelola aset strategis, Danantara memberikan kontribusi pendanaan dan mengoptimalkan pengelolaan investasi dalam ekosistem ini.
Namun, dinamika investasi CATL tidak berjalan mulus tanpa evaluasi. Nilai investasi awal yang diumumkan sebesar US\$ 1,2 miliar untuk kapasitas produksi 15 Giga Watt Hour (GWH) telah direvisi menjadi sekitar setengahnya, yaitu US\$ 417 juta untuk kapasitas 6,9 GWH. Penyesuaian ini dipicu oleh evaluasi ulang sejalan dengan pertumbuhan permintaan pasar mobil listrik global yang masih fluktuatif dan ketidakpastian produksi kapasitas global CATL.
Deputi Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan menegaskan bahwa meskipun terjadi penurunan kapasitas investasi, proses penghitungan ulang dan evaluasi finansial masih berjalan secara positif. Evaluasi meliputi aspek payback period dan potensi return investasi, sehingga proyek masih berpeluang kuat untuk dilanjutkan.
Dalam konteks industri strategis nasional, proyek ini sangat penting mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia yang menjadi bahan utama baterai kendaraan listrik. Pengembangan ekosistem baterai yang terintegrasi dari hulu ke hilir berpotensi memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur baterai kendaraan listrik global. Hal ini juga sejalan dengan upaya hilirisasi sumber daya alam sekaligus mendorong transformasi ekonomi berbasis teknologi hijau dan energi terbarukan.
Namun, negosiasi dan kepastian hukum investasi menjadi tantangan utama. Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyatakan perlunya kelengkapan dokumen pendukung dan kepastian off-take agreement sebagai bagian dari kontrak investasi agar proyek berjalan sesuai jadwal. Proses ini krusial mengingat ada batas waktu (long stop date) yang mesti dipenuhi untuk menyelesaikan kesepakatan investasi.
Adapun aspek daur ulang baterai atau recycling, meskipun sudah menjadi bagian ekosistem, diperkirakan baru dapat dioperasikan secara optimal pada 2028. Ini menunjukkan bahwa aspek keberlanjutan industri akan berkembang secara bertahap seiring dengan kematangan teknologi dan kapasitas produksi.
Secara keseluruhan, investasi CATL di Indonesia membuka peluang besar dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik nasional. Penyesuaian nilai investasi bukan tanda melemahnya komitmen, melainkan bagian dari evaluasi wajar dalam proyek berskala besar yang bersifat dinamis. Keberhasilan proyek ini bergantung pada sinergi antar pemangku kepentingan, kepastian regulasi, serta kesiapan teknologi dan sumber daya manusia Indonesia.(*)