Penutupan Selat Hormuz oleh Iran Ancam Pasokan Energi Indonesia

Foto: Kapal tanker minyak melewati Selat Hormuz, 21 Desember 2018. Foto REUTERS--

Radarlambar.bacakoran.co- Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat tajam setelah Iran memutuskan menutup Selat Hormuz, salah satu jalur pelayaran paling vital di dunia. Keputusan ini muncul di tengah konflik panas dengan Israel dan keterlibatan Amerika Serikat yang memperkeruh situasi. Bagi Indonesia, langkah Iran ini berpotensi besar mengganggu kelancaran distribusi energi, khususnya impor minyak mentah dan gas.

Selat Hormuz dikenal sebagai jalur utama pengiriman sekitar 20% minyak mentah global, termasuk ke Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia secara rutin mengimpor minyak mentah sekitar 150.000 hingga 200.000 barel per hari (bph) dari kawasan Timur Tengah melalui selat tersebut. Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait menjadi pemasok utama minyak dan LPG ke Tanah Air.

Secara total, Indonesia mengimpor sekitar 600.000 bph minyak mentah setiap harinya. Sekitar sepertiganya bergantung pada jalur pengiriman melalui Selat Hormuz. Ketergantungan ini menciptakan risiko signifikan terhadap ketersediaan pasokan jika jalur tersebut tidak dapat diakses karena alasan militer atau keamanan.

Selain minyak mentah, impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia juga sangat tinggi, yakni sekitar 700.000 bph. Jumlah ini menutupi kekurangan produksi dalam negeri dari kilang Pertamina yang hanya mampu memproduksi sekitar 800.000 bph. Meskipun sebagian impor BBM berasal dari wilayah lain, sejumlah besar tetap dikirim dari kawasan Timur Tengah, yang saat ini terdampak langsung oleh situasi di Selat Hormuz.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, Indonesia mengimpor 3,43 juta ton minyak mentah dari Arab Saudi dengan nilai mencapai US\$2,05 miliar. Selain itu, produk BBM dan LPG juga didatangkan dari negara tersebut dengan volume dan nilai yang cukup besar. Impor BBM dari Arab Saudi tercatat 1,18 juta ton, sedangkan impor LPG mencapai lebih dari 600 ribu ton.

Kuwait dan Uni Emirat Arab juga tercatat sebagai pemasok LPG dan BBM utama bagi Indonesia. Dari Kuwait, Indonesia mengimpor hampir 400 ribu ton LPG. Sedangkan dari UEA, impor BBM mencapai hampir satu juta ton, dengan tambahan LPG sebesar 639 ribu ton. Qatar turut berkontribusi sebagai pemasok LPG dan BBM dalam jumlah signifikan.

Penutupan Selat Hormuz berpotensi meningkatkan harga minyak dan gas global, termasuk di Indonesia. Selain dampak langsung pada pasokan, situasi ini dapat memicu kenaikan biaya impor dan memberikan tekanan tambahan terhadap neraca perdagangan energi. Pemerintah perlu menyiapkan strategi antisipatif, termasuk diversifikasi sumber impor energi dan optimalisasi cadangan nasional, guna menjaga ketahanan energi dalam menghadapi krisis global ini.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan