Setelah 10 Nyawa Melayang, Apa Langkah Nyata Para Elite Politik?

Aksi demo di Jakarta. -Foto Disway-

Pernyataan yang Kontraproduktif

Di tengah upaya meredakan ketegangan, beberapa pernyataan dari elite justru menambah kontroversi. Dugaan makar dan narasi ancaman terhadap stabilitas nasional, misalnya, dinilai justru melemahkan legitimasi suara rakyat. Di sisi lain, apresiasi terhadap aparat yang terluka memang perlu, tapi simpati terhadap korban sipil — baik yang terluka maupun yang meninggal — harus menjadi prioritas utama sebagai bentuk empati dan tanggung jawab negara.

Mengabaikan hal ini hanya akan memperkuat persepsi bahwa negara lebih peduli pada simbol kekuasaan ketimbang nyawa rakyat yang mestinya dilindungi.

Arah Baru atau Sekadar Strategi Bertahan?

Pertemuan, janji reformasi, dan wacana kebijakan baru memang menjadi sinyal awal bahwa para elite mulai mendengar. Namun, pertanyaan utama masih menggantung: apakah semua ini akan berujung pada perubahan nyata, atau hanya menjadi strategi bertahan di tengah badai protes?

Yang jelas, rakyat — terutama generasi muda — sudah tak lagi bisa diredam dengan retorika semata. Mereka menuntut hasil, bukan harapan kosong. Jika elite politik gagal memahami pesan ini, maka krisis kepercayaan hanya akan semakin dalam, dan waktu bisa menjadi musuh yang paling berbahaya. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan