Harga Kopi Turun Rp10 Ribu Dalam Dua Hari

Ilustrasi Harga Kopi----AI Image Generator-

WAYTENONG – Harga jual kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat kembali mengalami penurunan drastis dalam dua hari terakhir, tepatnya pada Jumat hingga Sabtu (19–20 September 2025). Penurunan harga yang cukup signifikan ini tercatat mencapai angka Rp10.000 per kilogram, sebuah angka yang cukup mengejutkan bagi para petani dan pelaku usaha kopi di wilayah tersebut.

Berdasarkan pantauan dan informasi yang dihimpun Radar Lambar dari sejumlah supplier dan pelaku usaha kopi di wilayah Kecamatan Airhitam, Waytenong, hingga Belalau, penurunan harga ini diduga kuat dipicu oleh penumpukan pasokan di gudang-gudang besar di Bandar Lampung.

Salah satu pelaku usaha kopi, Selamat, menjelaskan bahwa saat harga kopi sempat melonjak tinggi hingga menyentuh angka Rp65.000 per kilogram beberapa waktu lalu, banyak petani memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan penjualan besar-besaran. 

Akibatnya, terjadi lonjakan pasokan secara tiba-tiba di tingkat distributor dan gudang pembelian, yang berdampak langsung pada penurunan harga.

"Saat harga tembus di atas Rp60 ribu, hampir seluruh petani buru-buru menjual hasil panennya. Ini memicu penumpukan di gudang, dan dalam waktu singkat harga turun drastis. Hari ini harga tertinggi yang tercatat hanya sekitar Rp53.000 per kilogram," jelas Selamat, Sabtu (20/9).

Ia menambahkan, saat ini dinamika harga jual kopi robusta sangat cepat berubah karena sistem perdagangan yang semakin terbuka. Harga dapat diakses secara real-time melalui platform digital dan pasar online, sehingga fluktuasi harga semakin mudah terjadi.

Sementara itu, salah satu petani kopi asal Kecamatan Belalau, Hernal Suwandi, menilai bahwa fluktuasi harga seperti ini memang sudah menjadi bagian dari risiko usaha tani kopi. Namun, ia berharap penurunan tajam ini tidak berlangsung lama dan harga dapat kembali stabil di atas Rp60.000 dalam waktu dekat.

"Turun-naiknya harga kopi sudah sering kami alami. Kalau turun, petani biasanya memilih untuk menahan stok dulu. Tapi kalau naik, itu jadi kesempatan bagus untuk menjual. Jadi sekarang, kami berharap harga bisa cepat pulih," ujar Hernal.

Ia juga menyebutkan bahwa saat ini masih banyak petani yang menyimpan hasil panennya karena menanti harga yang lebih baik. Apabila harga kembali normal, maka perputaran ekonomi di sektor perkebunan kopi dipastikan akan kembali menggeliat.

Kondisi ini menunjukkan bahwa perlu adanya pengaturan dan strategi distribusi kopi yang lebih baik, terutama saat terjadi lonjakan harga yang memicu gelombang penjualan besar-besaran. Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan dapat turun tangan memberikan solusi, baik berupa penyuluhan kepada petani maupun penataan sistem perdagangan agar tidak terjadi ketimpangan pasokan yang berujung pada anjloknya harga.

Sebagai salah satu daerah penghasil kopi robusta terbesar di Provinsi Lampung, stabilitas harga di Lampung Barat menjadi indikator penting bagi kesejahteraan petani dan kelangsungan industri kopi lokal. Oleh karena itu, semua pihak berharap situasi ini tidak berlarut-larut dan harga kembali berada pada titik yang menguntungkan petani. (rinto/nopri)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan