Radarlambar.bacakoran.co - Amerika Serikat (AS) meluncurkan rentetan rudal ke lebih dari selusin target sasaran di Yaman pada hari Jumat - menghancurkan sistem senjata, pangkalan, serta peralatan lainnya milik kelompok militan yang didukung oleh Iran.
Sebelumnya Al Jazeera mengatakan bahwa AS dan Inggris telah terjadi serangan udara yang menargetkan bandara Hodeidah, Sanaa serta Kota Dhamar berdasarkan laporan Al Masirah TV.
Pejabat AS mengkonfirmasikan serangan ini, sementara Kementerian Pertahanan Inggris dengan tegas pihaknya membantah terlibat dalam serangan udara terbaru di Yaman.
Pusat Komando (CENTCOM) Amerika Serikat menuturkan pada hari Jumat bahwa mereka menyerang sasaran Houthi di Yaman, termasuk "kemampuan militer ofensif Houthi," dalam upaya dengan mengamankan jalur perairan internasional.
Milisi Houthi di Yaman tersebut menyerang kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas sejak tahun yang lalu, maka mengganggu pelayaran komersial. Komando Pusat mengatakan di media sosial mereka menyerang 15 sasaran di wilayah Yaman yang telah dikuasai Houthi.
"Tindakan itu diambil untuk melindungi kebebasan navigasi serta membuat perairan internasional lebih aman bagi kapal AS, koalisi, begitu juga kapal dagang," kata postingan tersebut.
Al-Masirah TV melaporkan empat serangan di ibu kota Yaman, tujuh di kota pelabuhan Hodeidah juga setidaknya satu serangan di Dhamar, di bagian selatan ibu kota.
Serangan kepada Sanaa terjadi ketika Houthi serta para pendukungnya mengadakan protes mingguan sekitar satu juta orang, yang minggu ini fokus pada pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang di lakukan oleh Israel dalam serangan udara di dekat Beirut, Lebanon, Jumat yang lalu.
Kantor Berita Yaman yang dikelola Houthi, SABA, mengatakan bahwa Hashem Sharaf al-Din, seorang pejabat Houthi, mengucapkan bahwa dia menganggap serangan itu sebagai upaya putus asa mereka untuk mengintimidasi rakyat Yaman serta dia bersumpah tidak akan tergoyahkan oleh mereka.
Namun serangan Houthi terhadap kapal komersial semakin menambah kemarahan aktor internasional serta kecaman dari para diplomat. Laut Merah itu jalur perdagangan utama antara Asia, Eropa dan Timur Tengah. Sejak serangan dimulai, banyak kapal terpaksa mengubah rute Mereka, Mereka yang tidak melakukan hal tersebut terkadang harus menanggung konsekuensi yang parah.(*)