Radarlambar.Bacakoran.co - Kasus besar yang melibatkan praktik judi online (judol) dan sejumlah pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus menjadi perhatian publik. Setelah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024, rencana pemeriksaan petinggi Komdigi oleh Polda Metro Jaya diprediksi menjadi titik penting dalam penyidikan kasus ini.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, dalam konferensi pers pada Senin 25 November 2024 kemarin mengaku pihaknya akan mendalami lebih lanjut kemungkinan keterlibatan oknum petinggi setelah Pilkada selesai.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengungkap dugaan perlindungan terhadap ribuan situs judi online oleh pihak tertentu di Komdigi. Diakuinya bahwa Proses nya berjalan bertahap, nahkan tetap berkomitmen untuk menuntaskan kasus tersebut.
24 Tersangka dan Rangkaian Peran
Hingga kini, sebanyak 24 orang telah ditangkap terkait jaringan besar ini. Dari jumlah itu, empat di antaranya yang berinisial A, BN, BE, dan J (DPO) bertindak sebagai bandar atau pengelola situs judi online. Selain itu, terdapat tujuh orang lainnya yang berperan sebagai agen pencari situs dan enam lainnya bertugas mengumpulkan daftar situs serta mengelola uang setoran dari agen.
Yang menjadi sorotan, sembilan pegawai Komdigi berinisial DI, FD, SA, YR, YP, RP, AP, RD, dan RR diketahui menyalahgunakan kewenangan untuk tidak memblokir situs-situs judi online tersebut. pelaku memulai aksi kejinya itu sejak April hingga akhirnya ditangkap.
Sebagai bagian dari penyidikan, polisi juga menyita aset bernilai lebih dari Rp166 miliar, yang meliputi uang tunai, kendaraan mewah, dan barang lainnya. Selain itu, ribuan situs judi online dan 3.455 rekening telah diblokir oleh aparat.
Dua Pegawai Komdigi Ditampilkan ke Publik
Dalam konferensi pers yang digelar, dua tersangka utama dari Komdigi, Adhi Kismanto dan Denden Imadudin, turut dihadirkan bersama 22 tersangka lainnya. Dengan mengenakan seragam tahanan berwarna oranye, keduanya tampak tertunduk saat diwawancarai media.
Adhi Kismanto, yang sebelumnya berinisial AK, mengaku menyesal atas perbuatannya sambil menundukkan wajah.
Babak Baru Penyelidikan
Kasus ini menjadi ujian besar bagi aparat untuk menuntaskan skandal yang melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintahan. Publik kini menantikan hasil pemeriksaan lanjutan, terutama setelah agenda Pilkada selesai. Akankah ini menjadi momen penting untuk membongkar jaringan besar di balik praktik ilegal tersebut.