RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Korea Selatan terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi angka kelahiran yang terus menurun, dan salah satu langkah yang kini menjadi perhatian adalah pengurangan jam kerja.
Studi terbaru yang dirilis oleh Gyeonggi Research Institute (GRI) menyoroti bahwa budaya kerja yang menuntut jam panjang menjadi penghambat utama bagi pasangan muda dalam membangun keluarga.
Saat ini, aturan di Korea Selatan mengizinkan pekerja untuk bekerja hingga 52 jam per minggu, terdiri dari 40 jam kerja standar ditambah 12 jam lembur.
Sistem ini, yang diterapkan sejak 2018, dianggap masih terlalu berat dan menghambat keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Akibatnya, banyak warga Korea Selatan yang enggan menikah atau memiliki anak, sehingga memperburuk krisis demografi di negara tersebut.
Data pemerintah tahun 2023 mencatat bahwa tingkat kesuburan di Korea Selatan hanya 0,72 anak per wanita, turun dari 0,78 di tahun sebelumnya.
Angka ini menjadikan Korea Selatan sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2024 terhadap 1.000 pekerja berusia 20 hingga 59 tahun, jam kerja yang panjang disebut sebagai hambatan terbesar dalam menyeimbangkan tanggung jawab keluarga.
Pasangan yang bekerja dengan penghasilan ganda paling banyak menyuarakan keinginan untuk memangkas jam kerja mereka.
Sebagian besar berharap dapat mengurangi waktu kerja sekitar 84 hingga 87 menit setiap harinya demi mendapatkan lebih banyak waktu bersama keluarga.
GRI merekomendasikan agar pemerintah mulai mengambil langkah konkret dengan mengurangi jam kerja mingguan menjadi 35 jam.
Selain itu, mereka menyarankan agar sebagian waktu perjalanan ke kantor dihitung sebagai jam kerja berbayar guna memberikan fleksibilitas lebih bagi pekerja.
Beberapa daerah di Korea Selatan telah mulai melakukan eksperimen dengan sistem kerja yang lebih fleksibel.
Pada tahun 2024, Provinsi Gyeonggi meluncurkan uji coba skema kerja empat hari dalam seminggu, yang melibatkan lebih dari 50 organisasi.
Program ini memberi pilihan bagi karyawan untuk mengurangi jam kerja mereka setiap dua minggu atau mengurangi jam kerja harian secara keseluruhan.