Gelora Maluku dalam Sorak Kemenangan Timnas Indonesia: Dari Lapangan Merdeka Hingga Belanda

Sabtu 29 Mar 2025 - 05:13 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Kemenangan tipis Timnas Indonesia atas Bahrain dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 telah menghidupkan euforia yang luar biasa di seluruh penjuru tanah air. Salah satu tempat yang merasakan dampak terbesar adalah Kepulauan Maluku, yang terletak di timur Indonesia. Tidak hanya di stadion, tetapi di jalan-jalan utama Ambon, pawai kendaraan dengan sorak-sorai bergema, bendera Merah Putih berkibar, dan suar-suar dinyalakan sebagai simbol kebanggaan.

Masyarakat Ambon dan wilayah lainnya di Maluku memiliki hubungan yang sangat erat dengan sepak bola. Bagi mereka, setiap kemenangan timnas adalah perayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan Lapangan Merdeka, yang terletak di pusat Kota Ambon, penuh dengan penonton yang ikut menyaksikan pertandingan melalui layar besar dalam acara nonton bersama.

Apa yang membuat momen ini semakin spesial adalah semakin banyaknya pemain keturunan Maluku yang kini memperkuat Timnas Indonesia. Pemain seperti Ragnar Oratmangoen, Eliano Reijnders Lekatompessy, Kevin Diks Bakarbessy, Joey Pelupessy, dan Shayne Pattynama kini menjadi simbol kebanggaan bagi warga Maluku. Mereka tidak hanya membawa nama Indonesia, tetapi juga membawa darah dan warisan budaya Maluku ke dalam ajang sepak bola internasional.

Di Maluku, sepak bola telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas daerah ini. Sebelumnya, beberapa nama besar sudah mewarnai Timnas Indonesia, seperti Stefano Lilipaly dan Raphael Maitimo, yang juga memiliki darah Maluku. Namun, kehadiran pemain-pemain muda keturunan Maluku yang kini membela Timnas semakin memperkuat rasa kebanggaan masyarakat Maluku.

Tidak hanya di dalam negeri, diaspora Maluku di Belanda juga memainkan peran penting dalam perkembangan sepak bola Indonesia. Pada tahun 1950-an, sekitar 4.000 orang Maluku dibawa ke Belanda setelah bergabung dengan pasukan Kerajaan Belanda. Meskipun mereka awalnya dijanjikan bisa kembali ke tanah air, banyak dari mereka yang kemudian menetap di Belanda, dan generasi kedua serta ketiga mereka mulai mencatatkan prestasi di dunia sepak bola.

Giovanni van Bronckhorst, yang menjadi kapten Timnas Belanda pada Piala Dunia 2010, adalah salah satu contoh betapa kuatnya ikatan antara diaspora Maluku di Belanda dengan dunia sepak bola. Denny Landzaat, yang juga keturunan Maluku, pernah memperkuat Timnas Belanda dan kini turut andil dalam tim pelatih Timnas Indonesia. Kisah para pemain keturunan Maluku ini menunjukkan bahwa meskipun mereka lahir dan besar di luar negeri, darah Maluku tetap mengalir dalam diri mereka, dan kini mereka bangga membela Merah Putih.

Bagi masyarakat Maluku, kehadiran para pemain keturunan mereka di Timnas Indonesia bukan sekadar kebanggaan semata, tetapi juga representasi dari perjalanan panjang sejarah yang menghubungkan mereka dengan Indonesia. Jika Timnas Indonesia berhasil mencatatkan prestasi di kancah internasional, bayangkan betapa riuhnya perayaan yang akan terjadi di Maluku. Kemenangan ini bukan hanya menjadi milik Timnas, tetapi juga milik seluruh masyarakat Maluku, baik yang ada di tanah air maupun yang tinggal di luar negeri. (*)

 

Kategori :