Warga Indonesia Siaga Menghadapi Musim Kemarau, BMKG Prediksi Bulan Terpanas Pasca Lebaran

Rabu 02 Apr 2025 - 07:41 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa Indonesia akan memasuki musim kemarau pada periode Maret hingga April 2025. Hal ini terjadi setelah berakhirnya anomali iklim La Nina, yang tercatat berakhir pada pertengahan Maret. Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa Indeks Oscillation Dipole (IOD) dan fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral, yang diperkirakan akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau akan dimulai secara bertahap, dimulai dari Maret hingga April. Pada April, wilayah seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, Jawa Timur, Bali, serta Nusa Tenggara Barat dan Timur diprediksi akan mulai mengalami musim kemarau. Sementara itu, pada Mei, kondisi kemarau diperkirakan meluas ke sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian Selatan.

DWikorita mengimbau sektor pertanian untuk menyesuaikan jadwal tanam, memilih varietas tanaman yang tahan kekeringan, dan mengoptimalkan pengelolaan air. Untuk wilayah yang diperkirakan mengalami kemarau lebih basah, dapat memanfaatkan kondisi ini dengan memperluas lahan sawah guna meningkatkan hasil pertanian. Di sisi lain, sektor kebencanaan juga diharapkan lebih siap menghadapi risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di daerah rawan yang diprediksi mengalami kemarau dengan curah hujan normal atau rendah.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menambahkan bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh signifikan dari fenomena iklim global seperti El Nino atau La Nina.

Hal ini menunjukkan bahwa musim kemarau kali ini cenderung tidak seberat tahun 2023, yang menyebabkan banyak kebakaran hutan, meskipun beberapa wilayah tetap bisa mengalami curah hujan lebih tinggi dari biasanya. (*)

Kategori :