Rupiah Melemah Tajam, Sempat Sentuh Level Rp17.217 per Dolar AS

Senin 07 Apr 2025 - 14:15 WIB
Reporter : Mujitahidin
Editor : Mujitahidin

Radarlambar.Bacakoran.co — Nilai tukar rupiah mengalami tekanan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada perdagangan Senin pagi. Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di angka Rp17.217 per dolar AS pada pukul 09.16 WIB.

Meskipun mengalami sedikit penguatan setelah itu, rupiah tetap berada dalam zona merah. Hingga pukul 12.05 WIB, mata uang Garuda tercatat berada di level Rp16.835 per dolar AS, melemah sekitar 183 poin atau 1,10 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Pemicu Melemahnya Rupiah

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah dipicu oleh respons pasar global terhadap kebijakan dagang terbaru dari pemerintah Amerika Serikat. Kebijakan tarif balasan (resiprokal) yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump memicu ketegangan dagang dengan beberapa negara mitra AS.

"Kebijakan tarif yang diumumkan Presiden Trump mendapat respons negatif dari negara-negara yang terdampak. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan berlanjutnya tensi perdagangan global dan memicu pelarian investor dari aset-aset berisiko, termasuk rupiah," jelas Ariston.


Dominasi Dolar dan Faktor Eksternal Lainnya

Selain tensi dagang, penguatan dolar AS juga dipicu oleh laporan data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan hasil lebih baik dari perkiraan, terutama dari sektor nonfarm payrolls. Data tersebut memberikan sinyal bahwa ekonomi AS masih tangguh, sehingga memperkuat posisi dolar sebagai aset aman (safe haven).

Faktor geopolitik juga turut menambah tekanan terhadap pasar global. Ketegangan meningkat di berbagai wilayah, termasuk eskalasi konflik antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza, intervensi militer AS di Yaman, serta konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina yang semakin memanas.

"Kondisi geopolitik yang memburuk turut menambah beban pada mata uang negara berkembang seperti rupiah. Dalam situasi ini, investor global cenderung mencari perlindungan di aset yang lebih stabil," tambah Ariston.
Peluang Pemulihan Masih Terbuka

Meski demikian, Ariston menilai masih ada harapan untuk pemulihan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat, terutama jika terjadi pelonggaran dalam negosiasi perdagangan antara AS dan mitra dagangnya.

"Jika ada sinyal positif dari negosiasi dagang, misalnya AS menunjukkan sikap lebih akomodatif, maka sentimen pasar bisa berubah, dan aset-aset berisiko seperti rupiah berpotensi menguat kembali," ujarnya.
Rupiah Jadi Indikator Sentimen Pasar

Dengan situasi global yang terus diliputi ketidakpastian, nilai tukar rupiah menjadi salah satu indikator penting yang mencerminkan arah pergerakan modal dan sentimen investor. Para pelaku pasar akan terus mencermati dinamika ekonomi, geopolitik, dan kebijakan moneter global untuk menentukan langkah investasi selanjutnya.(*)

Kategori :