Jokowi Ingin Produksi Kopi 8-9 Ton per Hektare

Jumat 12 Jul 2024 - 17:50 WIB
Reporter : Nopri
Editor : lusiana

BALIKBUKIT - Dalam lawatannya ke Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Jumat 12 Juli 2024. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Mendag Zulkifli Hasan dan Menkes Budi Gunadi Sadikin meninjau langsung kebun kopi milik Safruddin di Pekon (desa) Kembahang, Kecamatan Batubrak.

Kunjungan itu, menjadi bagian upaya pemerintah  terus memperkuat dukungan terhadap komoditas kopi Indonesia sebagai kopi terbaik dan terbesar di dunia.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengatakan, jika saat ini harga kopi terus mengalami kenaikan, seiring dengan permintaan ekspor gang juga terus mengalami kenaikan.

"Kita tahu, harga kopi sekarang ini terus naik, meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus. Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi," ungkap presiden.

Dikatakannya, saat ini harga komoditas kopi mencapai 70 ribu rupiah per kilogram dalam bentuk kering atau green bean, sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai tiga hingga empat ton per hektare. Terkait hal ini, ia menginginkan petani terus meningkatkan produksinya hingga delapan sampai sembilan ton perhektare agar kesejahteraannya meningkat.

"Paling penting adalah produktivitas per-hektarnya harus naik, yang masih Satu hektar,Satu ton, Dua ton, harusnya bisa masuk ke Delapan ton atau Sembilan ton. Tapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis," katanya.

Lanjut presiden, pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik dua kali lipat dari  yang tadinya 4,5 juta menjadi 9,5 juta. Kenaikan itu diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mancanegara.

Menurutnya, itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik. Ia mengingatkan indonesia memiliki 1,2 juta hektare kopi, baik Robusta maupun Arabica, di seluruh Indonesia.

Kendati begitu, Presiden ingin produksi kopi yang dilakukan ini masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani kopi itu sendiri. Hilirisasi yang dilakukan bahkan tidak hanya dilakukan pada kopi melainkan juga komoditas coklat, kakao, sawit dan komoditas perkebunan lainnya.

"Ya harus seperti itu, harusnya semuanya tidak dalam bentuk mentahan, bahkan tidak hanya kopi, tapi coklat, sawit dan semua komoditas perkebunan lainya," katanya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang Enam persen kopi dunia.

Mentan mengatakan Indonesia memproduksi 91 persen kopi robusta dan Sembilan persen kopi Arabika, dengan nilai ekspor tahun 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar US$ 326.451 atau 40 persen, dari sebelumnya US$ 821.932 menjadi US$ 1.148.383. sedangkan volume ekspor naik sebesar 58.201  ton atau 15 persen dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.

Mentan Amran melanjutkan, khusus provinsi Lampung kini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 hektare atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta.

Kategori :