Memahami Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risikonya

Klasifikasi hipertensi mengacu pada tingkat tekanan darah seseorang untuk menentukan apakah masih dalam batas normal atau sudah mengarah ke kondisi berisiko. Foto Freepik--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Klasifikasi hipertensi mengacu pada tingkat tekanan darah seseorang untuk menentukan apakah masih dalam batas normal atau sudah mengarah ke kondisi berisiko.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis utama: hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. 

Hipertensi primer tidak memiliki penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi, sementara hipertensi sekunder terjadi akibat kondisi medis lain yang mendasarinya.

Sebagian besar kasus hipertensi—lebih dari 90 persen—tergolong dalam kategori primer. Sementara itu, hipertensi sekunder hanya mencakup sekitar 2 hingga 10 persen dari total kasus.

 

Kategori Hipertensi

Saat mengukur tekanan darah, terdapat dua komponen utama yang diperhatikan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah dianggap normal jika sistoliknya di bawah 120 mmHg dan diastoliknya kurang dari 80 mmHg (120/80 mmHg).

Berikut adalah beberapa kategori tekanan darah lainnya:

1. Prahipertensi

Individu dengan tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan diastolik 80–89 mmHg dikategorikan dalam prahipertensi. Kondisi ini menunjukkan risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi hipertensi di masa depan.

Sebagai contoh, jika tekanan darah seseorang berada pada kisaran 110/85 mmHg atau 130/79 mmHg, maka mereka berisiko mengalami hipertensi. Untuk mencegah kondisi memburuk, diperlukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

 

2. Hipertensi Tingkat 1

Seseorang masuk dalam kategori hipertensi tingkat 1 jika tekanan darah sistoliknya berada di kisaran 140–159 mmHg atau tekanan diastoliknya 90–99 mmHg. Pada tahap ini, biasanya diperlukan pengobatan karena adanya risiko lebih tinggi terhadap kerusakan organ.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan