Teror Kepala Babi ke Kantor Tempo Dikecam oleh Masyarakat Sipil dan Organisasi Jurnalis

Teror Kepala Babi ke Kantor Tempo Dikecam oleh Masyarakat Sipil dan Organisasi Jurnalis. Foto Dok tempo--

Radarlambar.bacakoran.co-Kantor Tempo menerima kiriman kepala babi pada Rabu, 19 Maret 2025, yang ditujukan kepada Francisca Christy Rosana, wartawan desk politik dan host siniar Bocor Alus Politik. Pimpinan Redaksi Tempo, Setri Yasra, menyatakan bahwa peristiwa ini diduga sebagai bentuk teror terhadap karya jurnalistik yang dilakukan oleh media tersebut. Ia menganggap pengiriman tersebut sebagai upaya untuk menghambat dan mengintimidasi kerja jurnalistik.

Tindak kekerasan ini mendapatkan kecaman keras dari berbagai elemen masyarakat sipil, termasuk pengacara, akademisi, pegiat HAM, dan wartawan. Sebanyak 43 tokoh dari berbagai kalangan menyatakan dukungannya kepada Tempo. Mereka menilai pengiriman kepala babi adalah bentuk intimidasi yang bertujuan menakut-nakuti agar wartawan dan media menghentikan karya jurnalistiknya.

Konsorsium Jurnalisme Aman, yang terdiri dari Yayasan Tifa, HRWG, dan PPMN, mendesak pemerintah untuk segera memberikan perlindungan terhadap kebebasan pers. Mereka menyebutkan bahwa tindakan teror tersebut mencerminkan kecenderungan negara yang semakin otoriter dan anti-kritik.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) juga mengutuk keras peristiwa ini, menilai bahwa ini adalah bentuk pembungkaman terhadap pers di Indonesia. Sementara itu, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan bahwa teror ini bertujuan untuk mengganggu dan menakut-nakuti kerja jurnalistik Tempo.

Dewan Pers dan LBH Pers turut mengecam dan meminta pemerintah untuk menindak tegas pengiriman kepala babi tersebut. Mereka mengingatkan bahwa intimidasi terhadap jurnalis hanya dilakukan oleh pihak-pihak yang terpojok dan tidak mau bertanggung jawab.

Teror ini juga menjadi topik perbincangan di media sosial, di mana beberapa warganet menyoroti pengiriman kepala babi kepada seorang jurnalis perempuan dan Katolik, serta mengaitkannya dengan praktik intimidasi dan fasisme dalam politik.


Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan